16 Jul 2015

Khutbah Idul Fitri 1436 H di Athena : Bekal Ramadhan dalam Menghadapi Krisis

الله اكبر ألله اكبر ألله اكبر x 3  ألله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا -  أشهد أن لااله 
إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله -  اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم باحسان إلى يوم الدين.أما بعد 
فيا ايها الحاضرون والحاضرات اتقوا الله فقد فاز المتقون ز واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم وعيد كريم قال الله تعالى اعوذ بالله من الشيطان الرجيم  وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد

Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Hari ini di pagi yang iliolustos (cerah), awal Syawal yang penuh bahagia, tidak ada ungkapan yang lebih layak kita haturkan pertama kali   selain mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT sepenuh hati. Kita semua hadir di sini, untuk bersyukur mengagungkan Allah SWT sekaligus membuktikan ketakwaan dalam diri. Hari raya Idul Fitri adalah salah satu syiar dalam agama Islam yang mulia ini, dimana menyambutnya dengan hati bahagia, dan khusyuk dalam takbir tahlil dan tahmid, adalah bukti adanya ketakwaan dalam hati. Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“ Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj 32)

Begitu pula dalam ayat yang lain, secara khusus ketika selesai menyempurnakan ibadah Ramadan, kita diperintahkan untuk mengagungkan-Nya, dengan sepenuh takbir sebagai bentuk kesyukuran hati. Allah SWT berfirman :

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (Ramadhan) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al Baqoroh 185)

Selanjutnya, tidak lupa marilah kita senantiasa haturkan doa sholawat dan salam kepada Nabi junjungan kita, Muhammad SAW yang telah memberikan kita teladan dalam menyambut, mengisi dan mengakhiri Ramadhan, begitu pula kepada para  keluarga beliau, para sahabat ridwanullah alihim, para tabiin, dan seluruh kaum muslimin yang istiqomah menjalankan risalah islam hingga akhir zaman.

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Keagungan Allah SWT dengan begitu mudah kita rasakan dalam khusyuk takbir hari raya yang kita lantunkan sejak kemarin malam hingga pagi ini.  Bergetar hari ini penuh rasa syukur dan gembira karena berhasil melampaui ibadah Ramadhan di negeri Yunani ini, yang tentu terasa jauh lebih berat , karena banyak hal : baik karena cuaca khas kalokairi  (musim panas) yang kurang bersahabat dengan sekitar 17 jam berpuasa menahan lapar, atau suasana Ramadhan di sini yang tidak semeriah sebagaimana kita bisa nikmati di negeri kita, bahkan juga mungkin kesibukan pekerjaan yang sangat padat menggangu puasa kita, belum lagi perasaan jauh dari keluarga dan orang-orang tercinta. Semuanya terasa berat, ,menguji dan menggoda diri kita, namun Allah SWT berikan kita kekuatan iman, sehingga bisa melampaui itu semua, mengisi Ramadhan dengan baik untuk kemudian merayakan hari raya sepenuh bahagia di hari ini.

Insya Allah, Inilah bagian dari kebahagiaan, yang dijanjikan Rasulullah SAW kepada mereka yang berpuasa :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. 
Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiran ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. (HR Bukhori).

Maka hari ini kita menjadi saksi sekaligus membuktikan, betapa bahagia dan gembiranya diri ini, setelah selesai menunaikan ujian rangkaian ibadah puasa ramadhan sebulan lamanya, semoga menjadi amal yang mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, agar kita pun mendapatkan kebahagiaan yang berikutnya, yaitu saat bertemu Allah SWT.

Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Kebahagiaan yang kita rasakan pada Idul Fitri kali ini, mungkin agak terasa berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana kita ketahui hari-hari ini perhatian dunia banyak mengarah pada negeri Yunani yang kita tinggali saat ini. Krisis ekonomi yang terjadi di negeri indah ini begitu ramai diberitakan, bahkan juga menjadi perbincangan saudara dan rekan kita di tanah air. Bahkan merekapun pasti juga menanyakan keadaan dan kondisi kita saat ini yang tinggal di Yunani. Kita pun menyaksikan dan merasakan langsung kondisi krisisi ekonomi yang terjadi di negeri ini.

Mau tidak mau, suka tidak suka, ini adalah sebuah sunnatullah atau konsekuensi dalam kehidupan yang harus dijalani hari ini di Yunani. Tidak mudah memang, pasti ada pengaruhnya bagi semua yang tinggal dan bekerja di negeri ini, hari-hari ke depan mungkin diperkirakan akan terasa sulit bagi yang menjalani kehidupan di Yunani ini.

Akan tetapi sebagai seorang muslim yang telah Allah SWT berikan keimanan, sekaligus sebagai alumni madrasah romadhon, sudah semestinya kita bisa mengambil bekal dan pelajaran untuk menghadapi kondisi krisis ini di hari-hari yang akan datang.  Bulan Ramadhan sepanjang sejarah senantiasa melahirkan inspirasi-inspirasi bagi kaum muslimin, sebagai bekal menghadapi kehidupan dalam sebelas bulan  berikutnya.

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Setidaknya ada lima bekal sekaligus pelajaran dari bulan Ramadhan yang harus kita ingat dan hayati, sebagai bekal meniti hari-hari berikutnya baik di negeri yang sedang terkena krisis ini, maupun dalam menjalani kehidupan kita di masa yang akan datang.

Bekal Pertama : Mental Kesabaran & Berhemat
Tarbiyah utama dalam bulan Ramadhan adalah melatih kita untuk mampu menahan hawa nafsu kita, dari syahwat perut dan kemaluan. Sebulan penuh kita mampu berusaha menahan keinginan kita dalam ketaatan menjalankan perintah Allah SWT. Maka sudah semestinya, belajar dari tarbiyah ramadhon, di masa-masa krisis ini kita bisa menahan diri dan nafsu kita dari memenuhi keinginan-keinginan berlebihan dan bermewah-mewahan dalam gaya hidup, dan hal lainnya yang tidak terlalu penting bagi kehidupan. Ramadhan semestinya melatih kita untuk tidak berperilaku boros dalam hal-hal konsumtif, dimana Allah SWT telah mengingatkan :

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan". (QS Al-Isra 27)

Sebaliknya, Allah SWT memuji hamba-Nya yang bersikap sederhana dalam membelanjakan kekayaannya sebagai salah satu sifat ibadurrohman :

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
 Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan sesungguhnya  (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqon: 67)

Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat gaya hidup hemat nan bersahaja dalam banyak kesempatan. Sebuah gaya hidup yang tentu sangat bermanfaat dan harus kita jalankan dalam menghadapi krisis di negeri ini. Dalam riwayat Imam Bukhori, beliau pernah menasehati para sahabat untuk mematikan lampu lilin setiap kali menjelang tidur di malam hari.  Begitu pula dalam riwayat hadist lainnya, beliau menegur seorang sahabat yang berwudhu dengan berlebihan memakai air.  Ketika sahabat tadi hendak membantah, apakah dalam berwudhu juga dilarang boros atau berlebihan ? Maka beliau menjelaskan, "Ya, tidak boleh boros meski pun kamu berwudhu di sungai yang mengalir.”

Begitulah, dalam menghadapi krisis ini, untuk berhemat penting bagi kita untuk membedakan mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang masuk keinginan. Hendaklah kita membeli yang benar-benar kebutuhan saja, bukan sekedar keinginan apalagi tuntutan gaya hidup yang tidak akan pernah ada habisnya.  Ingat saja ketika saat akan berbuka, begitu banyak keinginan kita untuk menikmati aneka ragam makanan, akan tetapi setelah kita meminum seteguk air dan sedikit makanan pembuka, maka seolah-seolah badan kita sudah kembali segar dan terasa begitu kenyang. Itulah ilustrasi pembeda antara keinginan dan kebutuhan.

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Adapun Bekal Kedua yang bisa kita ambil dari bulan Ramadhan untuk menghadapi krisis ini adalah :  Semangat Kerja Keras & Disiplin

Ramadhan adalah bulan yang berlimpah peluang amal ibadah, yang hampir-hampir dalam hari-hari biasa kita tidak mampu menjalankannya secara terus-terusan dan istiqomah. Dari mulai bangun malam untuk sahur, siang hari menahan lapar dahaga, hingga malam hari kita tarawih dan tadarus dengan tetap penuh semangat. Meski tentu saja hal itu disini kita jalani dengan kesan yang berbeda dengan di tanah air Indonesia.

Bukan saja kita mengisi Ramadhan dengan amal ibadah, dalam kondisi berpuasa kita juga tetap terus menjalani aktifitas dan pekerjaan kita. Sesuatu yang sulit, namun ternyata Alhamdulillah atas ijin Allah SWT kita mampu menjalaninya. Sehingga semestinya ini menjadi semangat baru, bahwa di luar bulan Ramadhan kita pun harus bisa menjalani semuanya dengan lebih baik, lebih giat.

Sungguh dalam masa krisis seperti ini, yang perlu terus dijaga adalah produktifitas, semangat dalam bekerja. Apalagi kita melihat dengan mata kepala sendiri banyaknya jumlah pengangguran di Yunani ini yang mencapai 25% dari jumlah penduduk usia produktif. Karenanya dengan semangat Ramadhan, kita jaga terus semangat kerja dengan baik, yang insya Allah selain mendatangkan peluang-peluang kebaikan di dunia, juga insya Allah menggugurkan dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ أَمْسَى كَالاًّ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ (رواه الطبراني)
“Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT”. (HR. Thabrani)

Dengan tetap semangat bekerja di tengah krisis melanda, Rasulullah SAW memberikan motivasi akan mendapatkan kecintaan Allah SWT :

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ (رواه الطبراني)
Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang giat bekerja. (HR. Thabrani)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Semangat dan pelajaran yang kita  jadikan sebagai bekal untuk menghadapi krisis ini, yang ketiga adalah Optimisme dan Tawakkal.

Setiap hari di bulan Ramadhan kita rela menahan lapar dahaga, karena sebuah optimisme bahwa ujian ini akan segera berlalu. Bahwa rasa berat yang kita rasakan akan segera usai dan berganti dengan kegembiraan. Ya, bukankah Rasulullah SAW telah menjanjikan, bahwa :
"Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya". (HR Muslim)

Dengan semangat yang sama itulah semestinya kita tetap berdiri tegak menjalani kehidupan di Yunani ditengah krisis ini. Jika krisis ini ternyata sangat mempengaruhi kehidupan dan penghasilan kita selama ini, maka ingatlah saat lapar dahaga di bulan puasa, ada saatnya berbuka yang melegakan. Begitupula Allah SWT berfirman :

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  - إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5- 6)

Dengan optimisme dan terus berusaha itulah, tercipta rasa tawakkal dalam diri kita, yang insya Allah kemudian akan mengantarkan kita dalam kemudahan dalam setiap urusan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3)

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد
Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia

Bekal berikutnya yang kita dapatkan dalam bulan Ramadhan untuk menjalani kehidupan kita adalah, semangat Kebersamaan dan Berbagi
Sudah bukan hal yang rahasia lagi bahwa saat Ramadhan kita memiliki banyak momentum kebersamaan yang indah untuk dikenang, dari mulai buka bersama, sholat tarawih dan juga tadarusan jika memungkinkan. Kita begitu bersemangat dalam menyiapkan hidangan berbuka, salah satunya karena motivasi dari Rasulullah SAW :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barang siapa yang memberi hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sama sekali.” (HR. Tirmidzi).

Begitu pula di akhir Ramadan kita pun dilatih berbagi dengan mengeluarkan kewajiban zakat fitrah, yang hikmahnya selain sebagai bentuk tathiran lish-shoim mensucikan puasa kita dari noda dan dosa, juga dalam rangka thu’matan lil masakin , berbagi menjelang hari raya untuk orang-orang miskin, agar mereka pun bisa menikmati hari raya penuh gembira, jauh dari lapar dan derita.

Kebersamaan dan semangat berbagi itulah yang harus senantiasa kita lestarikan di hari-hari di luar Ramadhan, khususnya dalam menghadapi hari-hari ke depan di negeri Yunani. Perasaan senasib sepenanggungan, bahwa kita tidak sendiri menghadapi hal ini insya Allah akan menjadikan segala sesuatu yang awal nya terasa berat menjadi lebih ringan. Begitu pula saling menolong dan berbagi, adalah wujud kepatuhan kita terhadap perintah Al-Quran

وتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jgn tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah).

Selain itu Rasulullah SAW juga memotivasi kita untuk terus melanjutkan “silaturahim” dalam arti yang lebih luas, yaitu antara sesama kaum muslimin, dimana beliau bersabda : “Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali shillaturrohmi”. [Muttafaqun 'alaihi].

الله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Bekal Kelima : Taqwa dan Spiritualitas

Rejeki pemberian dari Allah SWT, harus kita yakini setiap kita akan mendapatkannya apapun kondisi perekonomian yang terjadi di negeri ini. Tinggal upaya kita untuk meraihnya, baik dengan bekerja keras, dan tentu saja dengan meningkatkan ketakwaan diri kepada Allah SWT.

Bulan Ramadhan dengan rangkaian amal ibadahnya yang begitu padat, semestinya meningkatkan keimanan kita, menempa ketakwaan kita jauh lebih baik dari sebelumnya. Salah satu kunci rejeki yang dijanjikan Allah SWT adalah dengan kita meninggalkan kemaksiatan, dan banyak beristigfar sebagaimana yang biasa kita lakukan khususnya dalam bulan Ramadhan.  Banyak riwayat menguatkan akan hal ini, dimana Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ وَقَدْ تَقَدَّمَ
“Seorang hamba benar-benar terhalang dari rizki karena dosa yang dilakukannya…”

مَنْ أَكْثَرَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad)

Karenanya, sungguh sangat disayangkan jika setelah usai Ramadhan, lalu kita kembali bermalasan dalam ibadah, bahkan naudzubillah jika kembali melakukan kemaksiatan-kemaksiatan terdahulu. Hal yang tidak kita sadari, sungguh akan menutupi jalan rejeki kita, ataupun menjadikan rejeki kita tidak berkah, mudah habis begitu saja tanpa makna. Naudzubillah.

Sebaliknya bagi mereka yang senantiasa menjaga ketakwaan diri, ketaatan dalam ibadah serta ketakutan berbuat maksiat, dijanjikan oleh Allah SWT :

{وَ مَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ}
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi orang tersebut jalan keluar dan memberi rizki dari arah yg tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Demikianlah lima bekal dan pelajaran dari bulan Ramadhan, yang kita harapkan senantiasa bisa kita pertahankan khususnya dalam menghadapi hari-hari menjalani kehidupan di Yunani ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

KHOTBAH KEDUA :
الله اكبر ألله اكبر ألله اكبر x 3  
إِنّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Di akhir khutbah idul Fitri ini, marilah kita berharap bahwa semangat dan ketakwaan diri yang di dapatkan kaum muslimin dengan hari-hari Ramadhannya, mampu mewarnai kondisi keluarga, lingkungan masyarakat, bahkan negaranya. Sehingga kemudian kondisi akan berubah kearah yang kita harapkan dan cita-citakan, baik itu di negeri Yunani ini maupun juga kondisi di tanah air kita. Sesungguhnya keberkahan yang dijanjikan oleh Allah akan turun pada suatu negeri, dimulai dari ketakwaan diri masyarakatnya. Allah SWT berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).

Jamaah Sholat Idul Fitri  yang berbahagia
Akhirnya, marilah kita sambut dan hiasi hari kemenangan ini bukan saja dengan suka cita berhari raya, silaturahim dan jamuan makanan yang berkesan, namun juga bersama kita melihat diri, mengambil pelajaran dan tempaan dalam nilai-nilai Ramadhan yang telah kita jalani, semoga mampu menjadi bekal bagi kita untuk mengadapi krisisi ini, juga memudahkan upaya kita semua untuk mewujudkan masyarakat dan negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.  

Sebagai penutup khutbah mari kita berdoa, menundukkan hati, menengadahkan kedua tangan mengharap kepada Allah SWT, semoga amal ibadah kita selama Ramadan diterima, dosa-dosa kita terampuni, dan juga kita mendapatkan kesempatan untuk bertemu Ramadhan yang akan datang. Dan secara khusus, semoga Allah SWT berikan kita bimbingan dan keberkahan dalam menjalani aktifitas kehidupan di negeri Yunani ini.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.
Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di waktu kecil.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.


رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan peliharalah kami dari api neraka.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. 

Demikian khutbah Idul fitri hari ini, mohon maaf atas segala kekhilafan dan tutur kata yang tidak berkenan. Secara khusus terima kasih kami ucapkan kepada bapak Dubes beserta ibu, keluarga besar KBRI Athena, pengurus Rohis IKKIY, teman-teman di Apartemen Larissis, dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menjalankan tugas safari dakwah PKPU sebulan penuh di Athena. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat.

Selamat merayakan Iedul fitri 1436 H. Taqobbalallahu minna waminkum. Minal Aidzin wal Faidzin.

Hatta Syamsuddin, Lc 

*disampaikan insya Allah dalam Sholat Ied di Wisma Dubes RI Athena, Jumat 17 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar