16 Jul 2015

Notes From Athens (7) : Menelusuri Jejak Islam di Yunani

depan parliament house
Safari dakwah Ramadhan tidak melulu hanya soal ceramah buka bersama dan sholat tarawih. Tapi kami para dai PKPU yang ditugaskan tersebar di banyak negara, juga selalu menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke tempat-tempat bersejarah, objek wisata,  untuk menelusuri jejak dan mencari inspirasi. Program dakwah di bulan Ramadhan biasanya sudah terjadwal dengan baik oleh mitra PKPU di setiap negara. Nah di sela-sela agenda dakwah itulah selalu ada kesempatan untuk mengenal lebih dekat dengan sejarah, budaya dan tradisi negara yang kita kunjungi.

Begitu pula dengan safari dakwah di Athena pada tahun ini. Yunani yang dikenal dengan negeri eksotik dengan banyak pulaunya, ternyata menyimpan banyak jejak peninggalan Islam. Tentu saja, karena negeri seribu dewa ini pernah lebih dari 4 abad lamanya berada dalam pangkuan kekhilafan Turki Utsmani, dari mulai tahun 1460 M hingga merdeka pada tahun 1832 M. Karena keterbatasan waktu, maka jejak travelling saya selama Ramadhan ini terbatas hanya di ibukota Athena dan sekitarnya. Dimana sajakah itu ?

Syntaqma Square & Monastiraki
Sangat tidak direkomendasikan, jalan-jalan keluar rumah saat berpuasa musim panas di Athena. Bukan hanya soal panasnya udara yang menyengat hangat membikin cepat lelah, tapi juga pemandangan khas musim panas, "polusi mata" yang berpotensi mengurangi pahala puasa.

Tapi Athena sebagai kota di Eropa yang eksotik dengan banyaknya peninggalan sejarah tentu tak layak dilewatkan begitu saja. Maka weekend pertama di bulan Ramadhan saya menyempatkan diri jalan-jalan di Syntaqma square, pusat keramaian di Athena dengan fokus utama bangunan Parliament House di sebelah timurnya.  Dari apartemen Larissis tempat saya bermukim selama di Yunani, menuju Syntaqma cukup dengan naik metro (kereta api) bawah tanah, melewati tiga stasiun sebelum sampai di Syntaqma. Kereta metro itu terbilang masih sangat gres, terlihat jelas tahun pembuatan 2011 dan produksi Korea punya. Mendadak saya jadi teringat dengan kereta api di Indonesia, yang biasanya warisan dari Jepang dengan usia sudah 30 tahun, produksi tahun 1980 atau 1990.

Keluar dari stasiun bawah tanah, segera disambut dengan pemandangan bangunan kuno nan besar di sisi timur. Parliament House, demikian istilah kerennya untuk gedung DPR. Lembaga yang menjadi salah satu pilar demokrasi, dimana inspirasi kelahirannya juga berasal dari negara ini.  Bangunan besar ini awalnya adalah istana raja pertama negara Yunani modern itu didirikan pada kisaran 1836 M . Karena bangunan ini masih aktif digunakan sidang parleman, maka para wisatawan hanya cukup bisa menikmati bagian sebelah luar gedung, yang dijaga dengan dua prajurit dengan seragam khas kerajaan eropa, mirip dengan yang  biasa kita lihat kaleng biskuit Monde saat lebaran. Beruntung sekali sore itu sedang pergantian shift prajurit jaga, maka saya bisa turut menikmati upacara pergantian giliran yang cukup unik, walau bisa dibilang agak ribet dan mengada-ada.

Plaka Market
Setelah puas berfoto narsis dengan latar belakang gedung parleman, saya ditemani pak Made segera menuju Syntaqma square di sebelah barat gedung parlemen. Pak Made ini bisa dibilang tokoh dan sesepuh, maklum beliau sudah tinggal 19 tahun lebih di Athena ini, beliau pemeluk Hindu yang taat dan selama ramadhan ini saya tinggal di apartemennya. Yang satu ustadz yang satu pemangku adat, toleransi dan Bhinneka tunggal ika tercipta tanpa basa-basi dan berbusa-busa teori.

Syntaqma adalah pusat keramaian di Athena, banyak turis meluangkan waktunya di sini untuk sekedar duduk-duduk santai, melihat-lihat beberapa pertunjukan kecil dan lapak dagangan khas yang ada di sekelilingnya. Ada sekelompok anak muda yang berjoget model hip-hop. Ada juga sekelompok pemusik khas Yunani, yang ternyata jika didengar lebih lanjut iramanya mirip dengan gambus dan timur tengah. Pengaruh Turki memang cukup masih terasa, khususnya di selera musik dan makanan khas souvlaki yang 11-12 dengan kebab. Di Syntaqma ada juga kereta mobil mini yang mengantarkan para turis berputar-putar termasuk ke arah Monastiraki.

Dari Syntagma ke Monastiraki, kami memilih untuk berjalan menyusuri pertokoan yang ada di kanan kiri layaknya jalan malioboro. Di arah Monastiraki ketemu juga dengan dua gereja tua yang salah satunya berbentuk sangat mirip masjid lengkap dengan menaranya. Ya gereja kristen ortodoks di Yunani bentuknya sangat mirip dengan masjid, bahkan mungkin beberapa diantaranya dahulunya pernah menjadi masjid. Di dekat Monastiraki  ada Plaka Market, semacam pasar tradisional yang menjual aneka ragam barang termasuk souvenir bagi wisatawan.

Masjid Tzistarakis
Masih di Monastiraki square, hati sempat tertegun menatap sebuah bangunan tua dengan bentuk khas kubah masjid di Turki, yang saat itu sedang digunakan syuting film orkestra. Ternyata bangunan itu dahulunya ada sebuah masjid di masa kekuasaan Turki Utsmani di Yunani. Masjid Tzistrakis namanya, yang dibangun pada tahun 1759. Pada masa perjuangan fisik kemerdekaan Yunani sempat menjadi barak tentara dan penjara, dan saat ini beralih fungsi menjadi Musium seni porselin dan keramik. Sayang sekali saya tidak berkesempatan untuk melihat ke dalam lebih jauh, yang ternyata masih jelas terpampang beberapa tulisan arab di dalamnya, dan di atas mihrab tempat sholat juga ada kaligrafi petikan ayat tentang mihrobnya Maryam.”kullama dakhola alaiha zakarrial mihrob”

Entah kenapa saat melihat bangunan masjid Tzistarakis yang sangat dekat dari pusat kota Athena itu, sedikit merasakah hati yang begetar dan tatapan nanar. Teringat kembali pesan al-Quran yang benar : "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran);. (QS. Ali Imron: 140).

Museum Seni Islam Benaki
Akhir pekan kedua Ramadhan di Athena sayang dilewatkan begitu saja, edisi ngabuburit kali ini bersama teman-teman dari KBRI dan keluarga, menikmati nuansa mesin waktu di Benaki Islamic Art museum of Athens di bilangan Keramaikos, cukup dekat dari pusat kota Athena.

Musium ini didirikan pada tahun 1931 oleh Antoni Benakis, seorang kolektor peninggalan seni islam dari masa ke masa, bahkan sebelum abad 12 M. Dari mulai keramik, kerajinan kayu, alat masak, senjata dan baju besi, mihrab, bahkan sampai akik persia abad 13 pun ada di sana. Peninggalan tersebut ada yang berasal dari Mesir, Iraq, Iran, Yaman dan beberapa daerah lainnya.

Meski berjudul musium seni, tapi jelas kita bisa membaca dan menikmati nuansa sejarah dalam setiap barang yang ditampilkan. Karena, setiap lantai musium bukan hanya menunjukkan periode barang-barang yang ditampilkan, tapi juga menunjukkan periode perkembangan Islam yang dilengkapi dengan peta daerah kekuasaannya. Lantai satu periode sebelum abad 12 M, lantai dua abad 12 M- 16 M. Lantai tiga periode abad 16-17 M, dan lantai terakhir menunjukkan periode abad 19 M.

Benaki Islamic Art Museum
Sayang sekali pada peta kekuasaan khalifah Turki Utsmani periode abad 16-17 M, peta besar yang menempel di dinding lantai tiga itu tidak memuat daerah nusantara. Padahal sejarah menunjukkan kerajaan Demak sejak abad 15 M sudah resmi menjadi bagian dari kekhalifahan Turki Utsmani, dengan pengukuhan Raden Patah (sultan Demak pertama) sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa.

Tergetar hati saat berdampingan dengan baju besi dan penutup kepala prajurit Turki Utsmani -yang persis sebagaimana bisa kita lihat dalam film kontroversial Dracula Untold-, membayangkan apa yang pernah terjadi ratusan tahun lampau dengan baju itu, yang bisa jadi berhiaskan darah dan pekik takbir. Pemakainya waktu itu mungkin kini hidup abadi disisi Ilahi. Allahumma taqobbal syuhada'ahum.

Kuil Parthenon Akropolis
Kata orang belum 'sah' ke Athena kalau belum ke daerah Akropolis, dengan kuil Parthenon sebagai objek wisata utamanya. Karena itu meski kondisi puasa di musim panas, sabtu akhir pekan ketiga di bulan Ramadhan, sempat juga akhirnya mendaki Akropolis. Akro sendiri berarti "tempat tinggi" dan polis artinya "kota". Dari namanya sudah menggambarkan bahwa untuk menjangkaunya perlu energi lebih. Alhamdulillah kondisi angin yang cukup segar dan kencang di atas bukit menjadikan nafas yang sempat terengah-engah berangsur pulih kembali.

Kuil Parthenon yang didedikasikan untuk memuja dewi Athena ini, didirikan pada sekitar 447 sebelum miladiyah. Sampai hari ini selain dengan demokrasi, masyarakat Yunani masih cukup percaya dan bangga dengan mitologi kuno Yunani tentang dewa-dewa dan sosok para pahlawan. Mitologi yang dituliskan lengkap dalam banyak karya sastra kuno itu banyak menjadi sumber inspirasi produsen film-film Holywood, sebut saja kepahlawanan Achilles dan Hector dalam film Troy, begitu pula legenda Hercules yang paling populer sampai di negara kita. Uniknya mitologi dewa versi Yunani sangat manusiawi, bisa jatuh cinta, beranak pinak dan bisa mati juga.

Parthenon Akropolis
Bagi saya pribadi, semangat untuk mendaki Akropolis juga dengan niatan napak tilas sejarah masjid di Athena. Masjid ? Iya, Kuil Parthenon pada masa awal pemerintahan kekhalifahan Turki Utsmani di Yunani mulai tahun 1460 hingga tahun1687 difungsikan utuh menjadi sebuah masjid nan megah lengkap dengan menara tinggi di sisinya. Foto-foto ilustrasi masjid Parhthenon dengan mudah bisa Anda temukan di mesin pencari google.

Jadi selama lebih dari 200 tahun, Parthenon yang menjadi simbol kejayaan dewa-dewa dalam mitos Yunani ternyata pernah menjadi tempat kaum muslimin rukuk dan sujud mentauhidkan Allah SWT. Pada 1687 terjadi penyerangan dari bangsa Venesia yang mengakibatkan Parthenon dengan masjid megahnya hancur. Kemudian setelah itu masih didirikan lagi sebuah masjid kecil sebagai penggantinya, tepat juga di sisi Parthenon, selama hampir 200 tahun juga, bertahan hingga tahun 1844, sebelum dihancurkan oleh pemerintahan baru Yunani yang telah merdeka.

Dan hari ini jika kita memandang Akropolis dengan bekas-bekas kuil Parthenon yang megah, nyaris tidak tersisa sema sekali bahwa dahulu di sana berdiri sebuah masjid selama total empat abad setidaknya. Ingin saya mengumandangkan azan kembali di bukit siang hari itu, dari hati yang terdalam untuk mengingatkan, disini ratusan tahun yang lalu banyak muslim ruku dan bersujud mentauhidkan Allah SWT.

Selamat Ramadhan, salam hangat dari Athena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar