12 Jul 2013

Pengajian Perdana Bersemi di Kota Kitakami (Dakwah Jepang Bag-2)

peserta pengajian Kitakami
Kereta cepat Shinkanshen Yamabiko meluncur cepat dari arah Tokyo menuju Kitakami, melewati Sendai. Dari Sendai perjalanan menuju Kitakami masih sekitar 50 menit dengan menggunakan kereta peluru tersebut. Sendai adalah kota yang menjadi letak pusat gempa besar di Jepang beberapa tahun yang lalu, dimana PKPU Jepang juga turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan recovery paska bencana tersebut. Bro Jimmy naik dari Sendai bergabung di kereta, untuk kemudian menemani kami selama perjalanan di Kitakami. Kereta berangkat dari Tokyo pukul 12.40, dan sampai di Kitakami pukul 15.30. Kami berdua keluar dari stasiun kereya disambut dengan cuaca sejuk efek dari guyuran hujan yang masih jelas membekas di jalanan. Ibu Hesti dan Mas Hilmi dengan sigap menyambut kami dan siap mengantarkan ke lokasi tujuan.

Agenda pertama safari dakwah di Jepang, hari itu Sabtu, 6 Juli 2013 adalah mengisi pengajian perdana warga muslim Indonesia di kota Kitakami. Di Jepang ini memang banyak titik-titik pengajian warga muslim Indonesia yang tersebar di seantero negeri, tapi belum di Kitakami. Maklum, karena kota ini bukanlah kota tempat tujuan pendidikan, sehingga tidak ada mahasiswa yang sering berkumpul-kumpul saat tak ada perkuliahan.  Yang ada adalah para trainee (pekerja kontrak) dan keluarga semacam ekspatriat, dimana wanita Indonesia bersuamikan pria jepang - yang sudah masuk Islam tentunya- lalu tinggap dan hidup bersama di Jepang. Selama ini warga muslim indonesia di kitakami hanya bisa mengikuti pengajian di luar kota, saat ada ustadz datang ke Sendai, atau ke Morioka. Selain itu, selama ini  mereka hanya bertegur sapa saat berpapasan di jalanan ataupun pertokoan, dengan pandangan ragu dan heran, siapa dan darimana ? Lama kelamaan setelah saling tukar kontak, mulailah kemudian ada usulan-usulan untuk bertemu dan membuat pengajian. Maka digagaslah pertemuan hari itu mengundang dai dari PKPU yang dikabarkan hari itu baru datang dari Indonesia.

Lokasi pengajian bertempat di aula serba guna di salah satu public centera di kota Kitakami. Panitia menyewa dari mulai jam 1 sampai jam 5. Acara pada awalnya memang diagendakan mulai pukul 1.30, tapi ternyata karena keterlambatan pesawat, baru meluncur dari tokyo pukul 12.40, maka ditunda sesampainya saya di Kitakami. Sekitar pukul 15.45 acara di mulai, Bro Jimmy tampil memperkenalkan diri sekaligus menjadi pembawa acara. Peserta yang sebagian besar karyawan trainee tampak terlihat tetap bersemangat meski sudah menanti sejak siang tadi. Beberapa keluarga campuran Indonesia-Jepang hadir juga dengan anak-anak yang berlalu-lalang bermain, tak jauh berbeda dengan acara di Indonesia.  Rasa kantuk dan lelah sisa perjalanan masih menggelayuti, namun sekilas terhapus melihat wajah penantian mereka yang sepertinya penuh harap .... hmmm

Tema tarhib Ramadahan pada siang itu adalah kunci Sukses Ramadhan, tentu maksudnya untuk menyiapkan diri sekaligus memotivasi agar mereka tetap bersemangat mengisi Ramadhan meskipun berada di negeri minoritas Islam seperti Jepang ini, dimana suasana Ramadhan nyaris tak terasa. Selalu saya coba ingatkan bahwa jangan sampai posisi kita di Jepang, mencerabut kemuliaan Ramadhan dalam hati kita. Pada sessi tanya Jawab, peserta bertanya dengan lugu hambatannya selama ini di Jepang tentang cara berwudhu, karena hanya ada watafel, dan jika kita mengangkat kaki tentun akan berbuah muka cemberut dari sana sini.  Memang ini soal teknis yang banyak ditemui, utamanya saat keluar rumah atau di jalan-jalan. Toilet tak memiliki fasilitas kran air, kecuali ada di atas itupun sangat kecil dan tak bisa di akses oleh kaki. Adapun wastafel juga menjadi fasilitas umum yang setiap saat bisa digunakan orang, mereka pun tak akan rela jika melihat orang ongkang-ongkang kaki berwudhu membasuk kaki di atas wastafel. Saya hanya bisa menyarankan pada kondisi tertentu yang dipancang cukup darurat kita bisa menggunakan usapan, atau dalk, yaitu membasahi tangan dengan air, lalu kita usapkan ke kaki sebagai ganti dibasuh atau diguyur air. Sebenaranya ini bukan usapan seperti dalam khuf, tapi tak lebih memfasilitasi agar air di keran atas bisa turut membasahi / mengguyur kaki kita dalam wudhu khususnya. Cara teknis solutif lainnya tentu dengan menggunakan botol air mineral, diisi lalu digunakan untuk membasuh kaki pada tempat yang layak tentunya.

menu belut (Unagi) dan nasi
Pengajian di akhiri dengan sholat ashar berjamaah, setelah sebelumnya sejumlah snack dan minuman dihidangkan di hadapan para peserta. Selepas sholat ternyata masih banyak pertanyaan di sana-sini, yang kemudian kita bentuk forum yang non formal untuk menjawab satu satu pertanyaan yang ada. Tidak cukup sampai di situ, sebelum diantar kembali ke Stasiun kereta kita juga diminta untuk silaturahim, ramah tamah ( macam pejabat saja) dengan beberapa keluarga Indonesia-Jepang di sana, dalam bentuk makan malam bersama di sebuah restoran.  Sayang sekali tak sempat mengabadikan menu makanan jepang yang saya santap pada malam hari itu. Yang saya ingat persis adalah harganya yang membelalakkan mata, untuk ukuran kantong saya yang masih pakai kurs rupiah pada saat itu. Satu porsi unagi (belut) lengkap dengan nasi dan aksesorisnya yang sukses yang santap dengan cepat itu ternyata berharga 1800 Yen, setara dengan Rp 180.000-an jika diukur dengan kantong Indonesia. Saya segera teringat salah satu artikel perjalanan Jepang yang sempat saya baca, kalau mau makan di Jepang nikmati saja ! jangan diukur dengan mata uang rupiah, bisa mengurangi kenikmatan. he2. Karena jamuan waktu itu saya ditraktir, maka kaidah itu tentu tak berlaku.

Agenda di Kitakami berakhir dengan meluncurnya kereta Yamabiko kembali ke Tokyo, membawa saya dan bro Jimmy kembali menemui keluarganya di Sendai. Beberapa hari kemudian, saya mendapat kabar yang menggembirakan, bahwa peserta pengajian perdana di Kitakami menanggapi baik dan begitu bersemangat untuk melanjutkan kegiatannya, mereka siap kembali berkumpul dan pengajian-pengajian berikutnya. Alhamdulillah, bersyukur dalam hati turut berpartisipasi menyemai pengajian di Kitakami. Sebuah kota berfasilitas lengkap mewah, dengan penduduk yang sedikit nan sunyi.  Semoga istiqomah terus bersemi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar