10 Nov 2022

Khutbah Jumat : Menjadi Ayah Pahlawan Keluarga

KHUTBAH JUMAT

“Menjadi Ayah Pahlawan Keluarga”

Ustd. Hatta Syamsuddin, Lc., M.H.I

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ؛ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهم صل وسلم على هذا النبي الكريم وعلى آله وأصحابه أجمعين.

أمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ( يَاأَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ)

 

Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang Jumat yang berbahagia

Puji syukur kita panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya dimudahkan langkah kita hadir siang ini di masjid yang penuh keberkahan ini, insya Allah bukan semata untuk menjalankan dan menggugurkan kewajiban sholat Jumat berjamaah, tetapi lebih dari itu adalah menegakkan syiar agama Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al Hajj ayat 32 :

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS Al Haj 32). Maka sesungguhnya hari Jumat, ibadah sholat Jumat, adalah syiar dimana ketika kita menyambutnya dg bahagia, memuliakannya, adalah pertanda adanya ketakwaan di hati kita.

 

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita harapakan syafaatnya di hari kiamat nanti, dan juga kepada para keluarga, sahabat, dan seluruh pengikut risalahnya yang istiqomah, dan semoga kita termasuk di dalamnya. . 

 

Selanjutnya, tidak lupa pada kesempatan khutbah jumat ini, kami mengajak pada jamaah sekalian dan tentu bagi diri kami pribadi, untuk sama-sama meningkatkan taqwa kepada Allah agar benar-benar menjadi ketakwaan yang haqqo tuqotih yaitu sebenar-benar taqwa, dan juga ketaqwaan sebagaimana diperintahkan Allah SWT fattaqullah mas’stathotum dengan segenap daya upaya kita untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-larangan darinya.

 

Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang Jumat yang berbahagia

Mungkin kita semua sudah sama-sama mengenal dan memahami tanggal 10 November, kita peringati sebagai hari Pahlawan. Di dalamnya Kita mengenang bagaimana para pejuang yang sebagian diantaranya adalah laskar santri, dengan niatan jihad fi sabilillah mengusir penjajah sebagaimana yang digaungkan oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam fatwanya, dan juga disemangati dengan teriakan takbir Bung Tomo yang membahana melalui staisun radio Pemberontakan di Surabaya, mereka melawan tentara Inggris bersenjata lengkap yang berusaha mengantarkan Belanda kembali menjajah negeri ini. Setidaknya jatuh korban meninggal antara 6000 sampai 16.000 di pihak pasukan Indonesia, semoga Allah SWT berikan kehidupan yang abadi nan mulia bagi pejuang muslim yang meninggal dalam pertempuran Surabaya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ.

Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki (QS Ali Imron 169)

 

Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang jumat yang berbahagia

Namun mungkin belum terlalu populer sebagaimana hari Ibu 22 Desember,  hari ini 12 November kita peringati sebagai hari Ayah, yang insya Allah juga menjadi pahlawan dalam keluarganya masing-masing. Tentu peringatan dan penghargaan ini kepada para ayah, bisa kita sikapi dengan terus menghargai & memuliakan ayah-ayah kita, para orangtua kita yang mungkin sudah mulai renta disanalah peluang surga terbuka, sebagaimana hadits Rasulullah SAW :

 

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ

Sungguh celakalah seseorang, yang mendapati kedua orangtuanya berusia tua, tetapi tidak menjadikannya masuk surga (HR. Tirmidzi)

 

Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang jumat yang berbahagia

Dan pada saat yang sama, peringatan hari Ayah ini juga layak kita sikapi dengan terus memperbaiki diri kita semua, agar menjadi sosok ayah terbaik yang dirindukan keluarga. Ada tiga fungsi ayah yang perlu senantiasa kita kuatkan dalam kehidupan sehari-sehari.

 

Pertama, Ayah sebagai Pemimpin Keluarga

Ayah menjadi kepala dan pemimpin keluarga, salah satunya adalah karena kewajibannya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jelas disebutkan dalam firman Allah SWT :

 

الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ.

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. (QS An Nisa 34)

 

Tentu tugas mencari nafkah keluarga, bagi para Ayah di masa pandemi ini menjadi semakin berat. Survei Jobstreet Indonesia pada Oktober tahun lalu menyebutkan sebanyak 35% pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan 19% pekerja dirumahkan sementara, dan dari yang masih bekerja, sejumlah 45% pekerja mengalami pemotongan gaji selama masa PSSB. Karena berat itulah, maka perlu setiap Ayah memotivasi dirinya untuk terus bekerja dan berusaha dalam mencari nafkah, dan meyakini bahwa hal tersebut masuk kategori berjuang fi sabilillah. Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda tentang seorang yang berangkat bekerja :

 

«إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ»

 

"Jika ia keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil, tentu dia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk menafkahi dua ibu-bapaknya yang sudah tua, tentu ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk dirinya, yakni untuk menjaga kehormatan diri, maka dia di jalan Allah, (HR. Thobroni)

 

Kedua, Menjadi Ayah Shalih sebagai Teladan Ketaatan

Tugas berat lain bagi seorang ayah adalah menjadi ayah shalih, teladan bagi seluruh keluarganya. Bukankah Allah SWT berpesan jelas dalam firman Nya :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS At Tahrim ayat 6).

 

Meskipun kesibukan sang Ayah dalam bekerja mencari nafkah, dia tidak boleh lengah dan lalai dalam membimbing ketaatan keluarga, apalagi khususnya dalam mengajarkan sholat, sebagaimana jelas diperintahkan Allah SWT dan Rasulnya.

 

وأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya” (QS. Thâhâ: 132).. Dan aplikasinya sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (apabila mereka menolak) pada saat mereka berumur sepuluh tahun." (HR. Abu Dawud).

 

Tentu ayah teladan kesalihan juga berlaku dalam hal ketaatan lainnya selain sholat, dalam kecintaan terhadap Al Quran, dalam akhlak keseharian. Anak-anak adalah peniru ulung dan perekam yang kuat tentang apa yang dilakukan kedua orangtuanya. Rasulullah SAW bersabda :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR Bukhori)

 

Ketiga, Menjadi Ayah Dekat bagaikan Sahabat

Kesibukan para Ayah dalam bekerja siang dan malam, banting tulang dan memeras keringat, terkadang menghasilkan jarak kedekatan dengan para anak, dan muncul kecanggungan dalam komunikasi yang tak erat. Dan secara data disebutkan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia pada bulan Maret 2021, negara Indonesia ternyata berada di urutan ketiga tertinggi dalam masalah Fatherles Country , yaitu ketidakhadiran ayah dalam proses tumbuh kembang anak, disebabkan karena kesibukan bekerja.

 

Banyak penelitian psikologi telah menyebutkan, bagaimana akibat anak yang tumbuh berkembang tanpa kedekatan dengan sosok ayah, ternyata berdampak cukup besar diantaranya menjadi pribadi yang tidak percaya diri, suka mencari perhatian, tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan bahkan susah menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab. Naudzubullah

 

Karena itulah, Mari kita para Ayah,  sesibuk apapun kita, setinggi apapun jabatan kita, mari kita tetap berusaha hangat dan dekat di tengah keluarga sebagaimana Rasulullah SAW contohkan. Bagaimana beliau sering bermain dengan kedua cucu beliau Hasan dan Husein, juga memeluk dan menciumi keduanya, hingga ada Al-Aqra` ibn Habis At-Tamimi berkomentar : "Saya memiliki sepuluh anak dan tidak pernah mencium salah satu dari mereka." Maka Rasulullah SAW menjawab : Man la yarham laa yurham "Siapa pun yang tidak berbelas kasihan kepada orang lain tidak akan diperlakukan dengan penuh belas kasihan." (HR Al-Bukhari).

 

Akhirnya, semoga ketika kita mampu menjadi Ayah sebagai pejuang nafkah keluarga, sebagai teladan keshalihan, sekaligus sahabat yang dekat nan hangat, sehingga anak-anak kita tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang sholih dan bermanfaat untuk masyarakatnya.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

KHUTBAH KEDUA & DOA

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.  أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.  أَمَّا بَعْدُ،

 فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ ….

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاة...

 

1 komentar: