14 Des 2015

Yang Muda Yang Berkarya (Bagian 3-Habis)

Pemuda Indonesia & Karya Nyata
Saat Bung Karno meneriakkan dengan lantang " Berilah aku sepuluh pemuda, niscaya dengannya akan aku goncangkan dunia" , dia tahu persis betapa perjuangannya membebaskan negeri ini banyak bergantung pada para pemuda. Mereka telah banyak membaktikan diri dan bersimbah darah demi cita-cita Kemerdekaan yang mulia. Bahkan bung Karno sendiri telah menggentarkan hati penjajah dan menciutkan nyali penjajah Belanda, jauh-jauh hari saat usia beliau masih 29 tahun, melalui pidato pembelaan di persidangan Landraad, Bandung yang diberi Judul "Indonesia Menggugat".
Begitu pula saat kemerdekaan negeri ini diproklamirkan, serta perjuangan revolusi kemerdekaan dimulai, sosok-sosok pahlawan muda mewarnai disana-sini. Soedirman terpilih menjadi panglima TKR pada usia 29 tahun, mengungguli senior jauh Urip Sumoharjo, mantan Mayor KNIL yang telah berusia 53 tahun. Bung Tomo dan Pak Harto yang mewarnai perjuangan di Surabaya dan Solo-Jogja pada masa itu juga berusia yang tak terpaut jauh berbeda, sekitar 26 tahunan. Di kemudian hari, baik Bung Karno maupun Pak Harto, tampil menjadi Presiden di usia yang juga tak jauh berbeda, sekitar usia 45 tahun.

Barangkali yang cukup fenomenal masa itu adalah sosok Achmadi Hadisoemarto di Surakarta, berusia pelajar 18 tahun ia mengumpulkan teman-teman sekolahnya dan sekolah sekitar solo, lalu memimpin mereka dalam sebuah kesatuan yang diberi nama "Laskar Kere", karena terbatasnya persenjataan yang dimiliki, meski semangat meluap-luap. Prestasi dan nama harumnya mempertahankan dan menjaga Surakarta, khususnya dalam serangan umum 7-9 Agustus 1949 tak akan lekang ditelan masa.

Di masa kemerdekaan dan di masa modern ini, meskipun banyak juga segala jenis kemaksiatan dan persoalan masyarakat ditimpakan kepada para pemuda, sesungguhnya masih banyak juga sosok-sosok pemuda yang bisa kita jadikan inspirasi di berbagai bidang. Mereka tampil dan berkarya di bidang nya masing-masing dengan perjuangan dan kerja keras, bukan nama besar orang tua dan keluarga.

Di bidang bisnis properti kita mengenal sosok Elang Gumilang yang begitu tekun dan ulet. Pemuda  kelahiran  Bogor tahun 1985 ini memulai usaha sejak menjadi mahasiswa IPB. Dari mulai mensuplai lampu ke kampusnya, kemudian beralih ke usaha minyak goreng, bahkan sempat juga sukses mendirikan lembaga kursus bahasa Inggris, hingga akhirnya menekuni bisnis properti mulai dari nol meskipun sang ayah juga bergerak di bidang yang sama. Berbagai penghargaan di peroleh sebagai bukti karya prestasinya di bidang bisnis properti, diantaranya pada tahun 2008  mendapatkan “Indonesias Top Young Enterpreneur” serta pada tahun 2007 menjadi Pemenang Wirausaha Muda Mandiri Kategori Mahasiswa Program Diploma dan Sarjana. Saat ini dengan bendera Elang Developer, ia telah mempekerjakan sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya, tentu dengan omset mencapai miliaran rupiah.

Di bidang sosial, nama Saptuari Sugiharto dari Jogja barangkali bisa menjadi salah satu pemuda inspiratif di jaman ini. Pemuda asli Jogja kelahiran 1979 ini juga seorang pengusaha yang tekun, meski mengenyam bangku kuliah di Fakultas Geografi UGM. Bisnis Kedai Digital sangat maju dan tersebar cabangnya di seluruh nusantara. Penghargaan demi penghargaan pun di raihnya, diantaranya tahun 2007 sebagai Pemenang II Wirausahamuda Mandiri Kategori Mahasiswa Program Pasca Sarjana dan Alumni, tahun 2008 mendapat Entrepreneur Award versi Majalah Wirausaha dan Keuangan. Tentu ia memulai semuanya dari kerja keras yang luar biasa. Uniknya, selain wirausaha saat ini konsentrasi pemuda ini juga digunakan untuk mengembangkan gerakan sosial “Sedekah Rombongan”.  Gerakan sedekah yang tanpa basa-basi dan prosedur yang rumit, dimana relawannya siap meluncur dengan aksi nyata tanpa bayaran. Operasional gerakan pun bukan dari dana yang dikumpulkan donatur. Banyak kisah relawan Sedekah Rombongan yang inspiratif, mengharukan sekaligus menggerakkan. Karenanya tidak heran semakin banyak donatur yang tertarik untuk menyedekahkan hartanya melalui gerakan “Sedekah Rombongan” ini.

Adapun di bidang teknologi, akademisi dan pemikiran banyak nama-nama pemuda negeri ini yang sudah mencetak prestasi tingkat internasional, diakui oleh negara lain dengan terhormat. Mereka adalah Habibie-habibie muda di jaman yang serba canggih ini.  Ada prof. Dr. Khairil Anwar , pemuda asli Kediri kelahiran tahun 1978 ini menyelesaikan kuliah S1 di ITB, dan melanjutkan program S2 dan S3 di Jepang. Saat ini masih berada di negeri Sakura menjadi asisten professor di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) . Ia memegang beberapa hak paten teknologi salah satunya adalah menemukanteori 4G tanpa Cyclic Prefix, cikal bakal teknologi 4G.

Nama pemuda lain yang juga berkarya di bidang teknologi ada Ricky Elson, yang sering dijuluki putra petir. Pemuda kelahiran 1980 asal Padang ini mengenyam pendidikan di Jepang, dan juga berhasil mematenkan 14 penemuan terutama di bidang motor listrik. Kecerdasannya di bidang motor listrik pernah dilirik oleh Dahlan Iskan selaku mentri BUMN masa SBY, namun sayang berikutnya tidak ada dukungan yang signifikan.

Sementara itu, di bidang dakwah dan motivasi beragama, tentu nama Ustadz Yusuf Mansur patut menjadi sosok pemuda yang bisa dijadikan teladan dalam berkarya. Tak kurang dai internasional Syekh Toriq As-Suwaidan memujinya dalam lama Facebooknya dengan testomini yang berisi penuh kekaguman : “ Saat kunjungan saya ke Indonesia, saya bertemu dengan Syeikh Yusuf Mansur, pendiri dan kepala Pesantren Tahfidz Darul Qur’an, yang memiliki santri sebanyak 600rb, dan mempunyai 6000 cabang dibawah bimbingannya, dimana 3000 santri diantaranya memperoleh gratis biaya pendidikan. Buku yang telah beliau tulis sebanyak 230 judul, dan umurnya baru 40 tahun !!”. Sebuah pengakuan yang jujur nan tulus dari seorang dai kaliber internasional. Patut menjadi contoh bagi kita semua.

Akhirnya, masih banyak lagi tentunya sosok-sosok pemuda yang telah menunaikan amanah “kekuatan potensi” yang Allah SWT berikan kepadanya, hingga menebar kemanfaatannya bagi kita semua. Pertanyaan berikutnya justru ditujukan kepada diri kita semua, jika mereka bisa berkarya dengan segala keterbatasan dan penuh kerja keras, maka apa yang menghalangi kita untuk bisa meneladani, dan mulai menorehkan karya dari lingkungan yang terkecil di sekitar kita, sehingga benar-benar kita menjadi  sosok “yang muda yang berkarya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar