9 Jun 2011

Serial Umar bin Khottob (1) : Kekuatan dan Kemewahan

Dr. Ali Shollaby, pakar sejarah lulusan Universitas Omdurman Sudan, yang sangat produktif menuliskan buku sejarah dan tokoh Islam, menuliskan sebuah cerita dalam kitabnya “ Umar bin Khottob”.

“Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khottob datang mengunjungi Syam, pada saat itu yang ditunjuk menjadi gubernur Syam adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Saat pertama kali berjumpa, Umar mendapati Muawiyah sedang menaiki seekor kuda yang sangat mewah. Muawiyah segera turun dari kuda mewahnya saat mengetahui ada Umar di hadapannya, dan tergopoh-gopoh berjalan menuju Umar dan memberi salam. “ Assalamu’alaikum ya Amiirul Mukminin”. Namun Umar berlalu begitu saja dan tidak memperdulikan Muawiyah sama sekali. Umar tidak menjawab salam dan terus berjalan. Muawiyah pun terus mengejar Umar yang sedang mengendarai onta. Karena Muawiyah bertubuh agak gempal, maka ia pun terengah-engah.

Abdurrahman bin Auf yang melihat hal tersebut pun merasa kasihan dan berkata pada Umar : Wahai Amirul Mukminin, engkau telah membuatnya kepayahan, mengapa tidak menanggapinya ? Lalu Umar pun akhirnya menoleh ke arah Muawiyah dan mengatakan, “ Wahai Muawiyah, benar engkau pemilik kuda mewah yang aku lihat tadi ? “

Muawiyah menjawab, “ benar wahai amirul mukminin “

Umar berkata, “ dengan ketatnya penjagaanmu dan  adanya orang-orang miskin di depan pintumu ? (engkau melakukan hal itu .. ) “

Muawiyah tertunduk kembali , “ benar wahai amirul mukminin ... “

Umar berkata kembali dengan lebih tegas, “ Celaka engkau wahai Muawiyah, untuk apa semua itu kau lakukan ? “

Muawiyah mencoba menjelaskan kepada Umar, “  sesungguhnya di negeri ini banyak mata-mata musuh berkeliaran wahai Umar, jika kita tidak memperlihatkan perbekalan dan kekuatan, mereka akan menganggap remeh kami lalu menyerang kami.  Tapi aku ini hanyalah bawahanmu wahai Umar, jika engka melarangnya maka segera aku tinggalkan ... “

Mendengar penjelasan Muawiyah, Umar pun berkata dengan tegas : Jika alasan yang engkau katakan itu benar, maka sungguh itu adalah pemikiran yang cerdas. Namun jika tidak, maka engkau telah membuat kedustaan yang keji. Aku tidak menyuruhmu, dan aku pun tidak melarang mu ... “. Kemudian Umar pun segera berpaling meninggalkan Muawiyah.

Sahabat Indonesia Optimis, beberapa pelajaran sekaligus inspirasi yang bisa kita dapatkan dari cuplikan di atas antara lain :

Pertama
: Ketegasan Umar bin Khottob. Saat melihat fenomena kemungkaran, dalam hal ini Muawiyah yang bermewah-mewahan dengan kudanya, Umar langsung bertindak dan menunjukkan ketidaksukaaannya. Ia memberikan hukuman psikologis terlebih dahulu dengan membiarkan Muawiyah berlari-lari terengah-engah mengejar dirinya. Sikap tanpa basa-basi saat melihat dan mendengarkan kemungkaran adalah modal besar bagi pemimpin, agar kebal dari segala bujukan dan rayuan pihak-pihak yang ingin menundukkannya.

Kedua : Keterbukaan dan tidak arogan. Membuka Kesempatan Dialog dengan Bawahannya : Meskipun tegas, namun tidak berarti semena-mena dan sok kuasa. Maka kita pun melihat bagaimana akhirnya Umar pun memberikan kesempatan kepada Muawiyah untuk menunjukkan hujjahnya berbuat demikian. Bahkan Umar pun menerima alasan tersebut dengan cermat dan bijak.

Ketiga :
Menunjukkan kekuatan untuk menggetarkan musuh adalah hal yang baik, termasuk di dalamnya hal yang berbau kemewahan. Maka kuda mewah Muawiyah nampaknya ingin dijadikan sebagai simbol kekuatan dan kesiapan negeri Islam tersebut untuk menyambut serbuan musuh. Ini sama dengan kebolehan menggunakan pedang berlapis emas, khusus dalam peperangan agar menciutkan nyali musuh.

Semoga bermanfaat dan salam optimis.

1 komentar:

  1. kumpulan cerita ini bisa di download gak dlm satu file??atau boleh tidak tolong dikirmkan ke email saya liyatilmisani@yahoo.co.id...
    syukron

    BalasHapus