5 Mei 2011

Inspirasi Sahabat Nabi : Zubair bin Awwam (Bagian 1)


Sebagaimana biasa pada Kamis pekan 1 dan 3 jadwal saya mengisi Kuliah Shubuh di Masjid Agung Surakarta. Tema yang saya ampu adalah Siroh, dan secara khusus adalah Siroh Sahabat. Sebagian besar  saya ambilkan dari kitab Usudul Ghobah fi Tamyiz Shohabah, sebagian lagi saya ambilkan dari Rijal Haula Rasulnya Kholid Muhammad Kholid. Namun tentu saja waktu 20 menit untuk  menjelaskan kisah satu sahabat tentu tidak akan cukup. Karenanya dalam waktu yang singkat tersebut, biasanya saya hanya membahas dua bagian saja : yaitu profil dan keutamaan ingkat khas standar kurikulum vitae, dan beberapa ibroh yang bisa kita dapatkan melalui beberapa kisah unggulan yang ada dalam kehidupan sahabat tersebut.
Karena sejatinya, pemaparan kisah dalam sebuah ceramah bukanlah hanya untuk dinikmati saja, tetapi lebih jauh dari itu untuk diambil pelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah Al-Quran menjelaskan saat mengakhiri paparan panjang kisah Nabi Yusuf as:

“  Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf 111)

Profil & Keutamaan

Hari ini Kamis, 05 Mei 2011 saya membahas tentang sosok Zubair bin Awwam. Siapakah beliau ? Secara nasab beliau mempunyai kedekatan dengan Rasulullah SAW. Beliau adalah sepupu Rasulullah SAW, karena ibu beliau adalah Sofiyyah binti Abdul Muthollib, bibi Rasulullah SAW. Pada saat yang sama, Zubair bin Awwam juga adalah keponakan Ibunda Khodijah binti Khuwailid, istri Rasulullah SAW.

Zubair bin Awwam – sebagaimana Ali bin Abi Tholib- termasuk dalam golongan yang awal masuk Islam, diriwayatkan bahwa beliau adalah orang ke-4 atau ke-5 yang masuk Islam. Usia beliau pada waktu masih Islam pun tergolong beliau, yaitu dalam berbagi riwayat disebutkan 12, 15, hingga 18 tahun. Artinya setara dengan usia ABG pada saat ini. Pada perkembangan berikutnya, beliau termasuk dalam sahabat yang diperintahkan untuk berhijrah ke Habasyah, sebuah negeri di seberang Laut Merah yang pada saat ini masuk wilayah Sudan dan Ethopia. Kepergian beliau ke Habasyah menunjukkan kesungguhan dan keteguhan beliau dalam berIslam dan menjalankan perintah Rasulullah.

Di Madinah di awal Hijroh, oleh Rasulullah SAW beliau dipersaudarakan dengan Salmah bin Salmah bin Al Waqosh, meskipun ada riwayat juga bahwa beliau dipersaudarakan dengan Tholhah bin Ubaidillah. Dalam fase Madinah beliau mengikuti setiap ekspidisi peperangan bersama Rasulullah SAW dari mulai Badr, Khandaq, Hudaibiyah, Fath, Hunain, Thaif, dan juga sepeninggal Rasulullah SAW dalam medan Fath Masr misalnya. Keutamaan beliau yang lain adalah, tergabung dalam Majelis Syuro yang dibentuk Umar bin Khottob untuk menentukan pemimpin kaum muslimin setelahnya. Umar bin Khottob dikenal jeli dan teliti dalam memilih personel pemerintahannya, karenanya nama Zubair bin Awwam yang masuk dalam Majelis Syuro menjadi jaminan betapa berkualitasnya sosok Zubair bin Awwam.

Beliau juga termasuk dalam golongan 10 sahabat yang dijamin Rasulullah SAW akan masuk surga, atau yang biasa disebut dengan asyro mubassyariin biljannah . Hanya sahabat utamalah yang disebutkan Rasulullah SAW dan diprediksikan akan masuk surga. Terakhir, keutamaan beliau bisa kita lihat dari statement Rasulullah SAW yang menyebutkan tentang Zubair bin Awwam : “ Sesungguhnya setiap nabi mempunyai hawary (pembela) , maka hawary ku adalah Zubair bin Awwam”. Maka label Hawarry pun melekat erat pada sosok Zubair bin Awwam, bahkan ketika ada seorang yang mengatakan di hadapan Ibnu Umar : “ aku adalah anak Hawary Rasulullah SAW”. Ibnu Umar dengan tegas berkomentar singkat : “ kalau engkau bukan anak Zubair, maka engkau tak berhak “.

Untuk Inspirasi dan Motivasi dari Zubair bin Awwam, lanjut Bagian 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar