31 Agu 2010

Etika Teamwork dan Amal Jama'i dalam Islam

A.    PENGERTIAN AMAL JAMA’I

Amal Jama’i  secara bahasa berarti sekelompok manusia yang berhimpun bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”. Amal jama’I bukan sama-sama bekerja tanpa sinergi dan tujuan yang menyatukan, tetapi bekerjasama dengan potensi dan tugas yang ada menuju tujuan yang sama disepakati. Dalam lingkup yang lebih sederhana, sistem amal jamai lebih populer disebut dengan model teamwork.

B.    URGENSI DAN HIKMAH AMAL JAMAI

1.    Perintah secara umum kepada manusia untuk bersatu dan bekerja sama :
 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al Maaidah 5:2)

2.    Mereka yang bekerja dengan rapi dan kompak dicintai oleh Allah SWT
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bagunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff 61:4)

3.    Menjadikan individu lebih jujur dan terpelihara imannya karena senantiasa dalam pengawasan
فليلزم الجماعة فإن الشيطان مع الواحد وهو من الإثنين أبعد
Rasulullah SAW bersabda : “Kalian harus ber-Jama’ah, karena syethan itu bersama orang yang sendirian dan dia akan lebih jauh terhadap dua orang.” (HR Ahmad)

4.    Menguatkan pengelolaan kerja sekaligus kemungkinan untuk mencapai tujuan
Imam Ali bin Abi tholib ra mengatakan :

الْحَقُّ بِلاَ نِظَامٍ غَلَبَهُ الْبَاطِلُ بِنِظَامٍ
       "Kebenaran yang tidak terkelola akan dikalahkan kebatilan yang terkelola."

C.    10 PRINSIP DAN ETIKA AMAL JAMAI

1.    Memilih pemimpin dalam setiap kondisi, dan menjadikannya sosok yang dicintai
إِذَا كُنْتُمْ ثَلاَثَةً فِي سَفَرٍ ، فَأَمِّرُوا أَحَدُكُمْ
Rasulullah SAW bersabda : “ jika engkau bertiga dalam sebuah perjalanan, maka jadikanlah salah seorang dari kalian sebagai pemimpin “ ( Musnad Ibnu Ja’d)
ثلاثة لا ترفع صلاتهم فوق رؤوسهم شبرا: رجل أم قوما وهم له كارهون،) رواه ابن ماجه،
Rasulullah SAW bersabda : “ Ada tiga orang yang pahala sholatnya tidak naik kecuali sejengkal di atas kepala mereka saja : seorang yang menjadi imam suatu kaum sementara mereka membencinya…” (HR Ibnu Majah)

2.    Siap mendukung dan taat kepada pimpinan, selama tidak dalam kemaksiatan.
 « لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ ».
Rasulullah SAW bersabda : “ tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan hanyalah pada hal-hal yang makruf saja “ (HR Bukhori Muslim)

3.    Mendistribusikan pekerjaan sesuai dengan potensi dan kemampuan

إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Rasulullah SAW bersabda : “Jika sebuah urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhori)

4.    Menjalankan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya
إنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ "
Rasulullah SAW bersabda :” Sesungguhnya Allah SWT mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia itqon (profesional) dalam pekerjaannya” (HR Baihaqi)

5.    Menghormati mekanisme ijin, memberikan alasan yang benar ketika absen
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَى أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّى يَسْتَأْذِنُوهُ
Allah SWT berfirman : Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. (QS An-Nuur 62)

6.    Tidak berburuk sangka dengan rekan, dan segera bertabayun (meminta klarifikasi) jika diperlukan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا
Allah SWT berfirman ; Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (QS Al Hujurot 12)

7.    Tetap adil dan objektif dalam bekerja sama dan memposisikan seseorang, hilangkan unsur like dan dislike
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Allah SWT berfirman : Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.  Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS Al-Maidah 8)

8.    Gemar memberikan apresiasi dan penghargaan
" مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ "
Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia juga tidak bersyukur kepada Allah “ (HR Tirmidzi dan Ahmad)

9.    Menghidupkan diskusi, musyawarah dan konsultasi dalam segala sesuatunya
مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ ، وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ
Rasulullah SAW bersabda : Tidak akan kecewa orang yang beristikhoroh, dan tidak akan menyesal orang yang meminta pendapat (berkonsultasi) (HR Thobroni)

10.    Menutupi aib saudaranya, tetapi dengan tetap memberikan nasehat
مَنْ سَتَرَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ ، سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat nanti “ (HR Ahmad)

Al Fudhail bin Iyadh mengatakan :  ''Seorang mukmin menutup (aib saudaranya) dan menasehatinya sedangkan seorang fajir (pelaku maksiat) membocorkan (aib saudaranya) dan memburuk-burukkannya''.

*point-point materi Kajian Ramadhan Kanwil DJP II Jawa Tengah, Selasa 31 Agustus 2010 / 21 Ramadhan 1430

1 komentar:

  1. Terkadang amal jamai itu mejadi sangat enak dan nikmat untuk didiskusikan, tetapi justru sangat berat untuk diamalkan....hehehee (karena mungkin masih ada penyakit hati manusia... nggak rela liat orang lain sukses!!!)

    jazakallah ustadz udah ngingetin kita2...

    BalasHapus