20 Sep 2014

Kompetisi Kebaikan

Dalam sebuah riwayat Muslim, pernah dikisahkan beberapa sahabat –yang secara ekonomi terhitung kurang- mendatangi Rasulullah SAW untuk menyampaikan kegelisahan mereka.  Mereka mengadukan kepada Rasulullah SAW bahwa orang-orang kaya akan memborong habis semua pahala kebaika, seraya mengatakan : “Mereka (orang-orang kaya) shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Rasulullah SAW sang pemimpin bijak itupun bisa mengerti kegelisahan apa yang ada dalam benak para sahabat yang datang mengadu itu. Maka kemudian ia pun memberikan solusi, bentuk-bentuk sedekah yang tidak bersifat materiil, antara lain dzikrullah dan berdakwah menyeru kepada kebaikan, dan mencegah dari perbuatan munkar.

Syeikh Dr. Musthofa Al Bugho dalam Syarh Al-Wafy  Arbain Nawawiyah menyebutkan salah satu pelajaran dari peristiwa yang digambarkan dalam hadits di atas adalah : semangat para sahabat untuk berlomba dalam kebaikan. Kita bisa melihat dengan jelas, bahwa yang dirisaukan atau diirikan oleh orang-orang miskin terhadap orang kaya bukan soal harta dan kekayaan yang berlimpah, tapi adalah peluang mereka yang begitu banyak dalam membawa pahala. Hal yang sangat sulit kita dapatkan pada jaman ini, dimana ukuran kesuksesan yang kerap diminati banyak orang seringkali terbatas pada nilai materi, kekayaan dan kemewahan.

Sifat iri atau hasad pada dasarnya harus kita jauhi, namun ternyata hal tersebut tidak berlaku dalam soal iri untuk kebaikan. Selain dalam peristiwa di atas, Rasulullah SAW pun dengan jelas pernah memberikan panduan dalam hal ini, beliau bersabda : “Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR Bukhori)

Sifat iri padakebaikan ini tidak menjadi sesuatu yang tercela, karena pada dasarnya akan memotivasi seseorang untuk mengikuti kebaikan yang sama, bahkan berusaha mengunggulinya. Semangat untuk saling berkompetisi dalam kebaikan inilah yang justru diperintahkan dalam Al-Quran, melalui firman Allah SWT : “dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”. (QS.Al-Muthaffifin :26).

Dalam tataran aplikasi, Rasulullah SAW senantiasa memotivasi para sahabat untuk berlomba dalam kebaikan. Begitu pula para sahabat bersemangat untuk menjalankannya. Kisah yang cukup dikenal dalam hal ini adalah perlombaan Umar bin Khottob dengan Abu Bakar As-Shiddiq dalam hal sedekah. Umar bin Khattab sendiri yang menceritakan peristiwanya, ia berkata: “Rasulullah memerintahkan kami suatu hari untuk bersedekah dan kebetulan aku mempunyai harta maka hari ini aku akan berlomba dengan Abu Bakar, kemudian aku membawa setengah hartaku. Maka Rasulullah bersabda: Apa ada yang kamu tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: Sebanyak ini wahai Rasulullah.  Umar berkata: Kemudian Abu Bakar datang membawa semua harta yang dimilikinya.  Maka Rasulullah bersabda: Apa ada yang kamu tinggalkan untuk keluargamu ?  Abu Bakar menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka. Maka Umar berkata: Aku mengetahui bahwa sekali-kali aku tidak dapat melebihi Abu Bakar.” (HR Abu Daud).

Subhanallah, sebuah gambaran kompetisi dalam kebaikan yang luar biasa dan sudah semestinya kita berusaha untuk meneladaninya. Kompetisi kebaikan baik dalam hal ibadah, seperti mendapatkan shof pertama dalam sholat berjamaah, ataupun dalam hal amal shodaqoh, seperti shodaqoh dan berqurban misalnya, harus mulai kita biasakan dalam diri kita, keluarga dan lingkungan masyarakat kita. Semoga Allah SWT mudahkan. Wallahu a’lam bisshowab

*artikel dimuat dalam Rubrik Tausiyah, Suara Merdeka Suara Solo, Jumat 19 September 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar