17 Jul 2010

Mengenang Sudan (1)

Pertama kali mendengar tentang Afrika, apa yang segera terlintas dalam benak kita ? Ingatan kita mungkin segera melayang pada tayangan-tayangan Dunia dalam Berita TVRI sekitar sepuluh tahun atau lima belas tahun yang lampau. Sosok anak-anak berkulit hitam legam, tubuh terbalut tulang, kelaparan. Sebagian telah mati mengenaskan. Di depan mereka, berjajar para orangtua –yang juga hitam dan kurus- berbaris, berjuang  mendapatkan sekerat roti yang dilemparkan petugas-petugas bule PBB dari atas truk.

 Sementara bagi mereka yang sering menonton film-film petualang ala Hollywood atau film dokumenter ala National Geographic, gambaran orang afrika identik dengan suku-suku primitif, tubuh setengah telanjang menari-nari di tengah perapian. Ditambah suara tabuh bergemuruh menambah kesan menyeramkan : jangan-jangan ini jenis suku kanibal !

Gambaran lainnya ? Gurun Afrika, salah satu yang paling sering muncul dalam tayangan flora dan fauna. Teriknya sengatan mentari, debu dan angin gurun yang panas, gigitan serangga yang membunuh, ditambah ancaman binatang buas yang setiap saat mungkin menyergap. Sebuah gambaran yang cukup lengkap tentang arti keganasan alam.

Itu gambaran sekilas tentang Afrika, lalu bagaimana gambaran kita tentang negara Arab ?  Tentu tidak cukup jika hanya sekedar membayangkan pohon kurma dan air zam-zam.  Bagi yang pernah naik haji, gambaran orang Arab identik dengan sosok berkulit cerah, hidung mancung, lengkap dengan jalabiyah putihnya ( mirip baju pangeran diponegoro dan Imam Bonjol –red.) Mobil dan rumah mewah bukan hal yang istimewa bagi mereka. Negara kaya minyak, sebutan yang cukup memberi arti bagaimana kehidupan mewah orang Arab, dan kerajaan Saudi pada khususnya.

Bagi yang sering membaca berita tentang penderitaan para TKW di Arab Saudi, gambaran orang Arab identik dengan  ; kasar dan bersyahwat tinggi. Sementara bagi mereka yang lama berinteraksi dengan orang Arab, mungkin akan mengakui sisi tersembunyi yang cukup istimewa dari mereka, yaitu ; sifat karom dan ashobiyah.

Disebut Karom karena mereka sangat dikenal memuliakan tamu-tamunya. Sebut diri Anda adalah seorang tamu bagi mereka, maka segala fasilitas dan kemudahan akan segera mereka tawarkan. Jika dirumah mereka akan segera menghidangkan kebab atau farough, halawa, atau makanan khas terbaik yang mereka punya. Jika di pasar, mereka akan memberi potongan khusus bagi barang yang ingin Anda beli. Jika dalam bus, mereka  akan melarang Anda membayar ongkos bus. Dan jika kita menolak semua tawaran tersebut, mereka akan tersinggung bahkan juga marah. Aib, begitu orang Arab menyebut mereka yang menolak kebaikan sahabat.

Adapun ashobiyah, adalah perasaan kesukuan yang tinggi, lahir dari sistem qobaliyah yang sudah ada sejak orang Arab belum mengenal Islam. Contoh yang paling sederhana dalam masalah ini, kebanyakan pemuda Arab memilih untuk menikah dengan anak pamannya atau anak bibinya (sepupu-red) sendiri . Lebih luas lagi, mungkin dalam jaringan bisnis, strata sosial atau bahkan juga di tingkat politik. Di negara kita mungkin lebih dikenal dengan istilah nepotisme. Namun meski demikian, harus diakui bahwa tidak semua yang berbau kesukuan itu bermakna negatif.

Itulah Afrika dan begitulah Arab. Dan Sudan adalah keduanya, ia tergabung dalam Liga Afrika sebagaimana ia juga tergabung dalam Liga Negara Arab. Mayoritas penduduknya berkulit hitam dan mayoritas penduduknya berbahasa Arab. Sebuah perpaduan unik yang mungkin hanya dimiliki Sudan. Ini berbeda dengan  negara-negara Arab di kawasan Afrika Utara seperti Maroko, Libya dan Aljazair. Ketiga negara itu memang terletak di Afrika, namun kulit, budaya dan bahasa mereka relatif mirip dengan orang Arab kebanyakan.

Perpaduan yang unik ini, ditambah sejarah yang panjang dan berliku, menjadikan Sudan tumbuh berkembang dengan caranya sendiri. (bersambung ... )

*artikel lengkap yang saya tulis berjudul : Selayang Pandang Sudan, Pendidikan Tinggi, dan Mahasiswa Indonesia ( dimuat di Jurnal STudi Islam dan Bahasa Arab - Persatuan Pelajar Indonesia Sudan "Khazanah" tahun 2006)

2 komentar:

  1. wah kayaknya menarik baget tadz..jadi pengen..

    tadz... lha cara untuk mendapat beasiswa kesudan ada gak tadz?

    BalasHapus
  2. m'f ustadz, saya ingin belajar kluar negri apakah ada lowongan g??
    ini contact saya ustadz 03436670919

    BalasHapus