23 Okt 2009

Jumat : Hari Raya Pekanan Kita

Apa yang kita rasakan saat hari raya di depan mata ? Bertaburan bahagia itu sudah jelas dan harus. Kemudian muncul rasa haru dari hati yang penuh syukur. Lalu tiba-tiba kita ingin berkumpul ditengah-tengah orang-orang yang kita cintai : ayah, ibu, saudara, anak, dan tentu saja istri sang pendamping hidup. Subhanallah.
Lalu tahukah Anda ? bahwa sesungguhnya Allah SWT memberikan kesempatan bagi kita uintuk berhari raya setiap pekan sekali : pada hari Jumat. Namun sayangnya, betapa sering hari Jumat itu terlewat begitu saja. Tanpa makna sebuah hari raya.

Bahkan sholat Jumat malah menjadi acara selingan di sela-sela istirahat siang. Nyaris sama dengan hari-hari yang lainnya, saat bumi ini bagai sarang lebah yang terus berdengung. Orang-orang hilir mudik dari rumah, pasar, kantor juga sekolah. Sebuah pertanyaan kembali singgah : Mungkin saja mereka tidak tahu.
Karenanya, tulisan ini ingin menghadirkan kesadaran tentang hari Jumat. Bahwa ia adalah hari raya dengan segenap artiannya. Suatu hari, yang bisa dibilang membutuhkan perlakuan khusus. Spesial. Jika masih ragu, barangkali dua hadits dibawah ini bisa membuat kita lebih tergerak untuk memaknai hari Jumat sebagai sebuah hari raya.

Pertama : Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda tentang hari Jumat : Sesungguhnya ini adalah hari raya yang dijadikan Allah untuk kaum muslimin (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan)

Kedua :Dari Abu Hurairah ra, Pada suatu hari Jumat, Rasulullah SAW bersabda : Wahai segenap muslimin, hari ini Allah telah menjadikannya sebagai hari raya untuk kalian, maka hendaklah kalian mandi dan bersiwak " (HR Thobroni dalam Al-Ausat Al-Kabir)

Sungguh terasa aneh jika pada hari raya tidak ada kebahagiaan khusus. Tidak pula sambutan khusus. Sementara Allah SWT Rabb yang Maha Agung justru menempatkannya sebagai hari yang agung. Lalu mengapa kita yang lemah ini terlampau lugu hingga membiarkannya berlalu ? Dari Abu Lubanah Al-Badri ra, Rasulullah SAW bersabda : " Penghulunya hari adalah hari Jumat, ia paling agung di sisi Allah, lebih agung di sisi Allah dari hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha " ( HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Akhirnya, kita sudah mengumpulkan banyak alasan untuk memperlakukan hari Jumat secara khusus sebagai hari raya kita. Setidak-tidaknya, mari membiasakan diri menyambut fajar hari raya pekanan kita dengan sebuah doa khusus yang terlantun dari hati yang paling tulus :

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : Barang siapa mengucapkan di pagi hari Jumat sebelum sembahyang shubuh : Astaghfirullah alladzi laa ila ha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaihi sebanyak tiga kali, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih laut. ( HR Ibnu Sunni dalam Al-Adzkaar Nawawi )

Kesamaan Hari Raya Jumat dengan Idul Fitri dan Idul Adha

Adalah merupakan hikmah, rahasia sekaligus keunikan tersendiri bagi hari Jumat. Ketika Allah dan Rasul-Nya menyebut hari Jumat sebagai hari raya, ternyata disana memang ada serangkaian tipikal kesamaan antara hari Jumat dengan hari raya yang lainnya ( Idul Adha & Idul Fitri), diantaranya adalah :

a. Sama-sama diawali dengan puasa pada hari sebelumnya.

Jika hari raya Idul Fitri ada puasa wajib Romadhon sebagai pendahuluannya, kemudian Idul Adha ada puasa sunnah 9 Dzulhijjah (yaitu puasa Arafat bagi yang tidak haji). Sementara untuk hari Jumat, telah kita mengenal puasa sunnah Senin- Kamis. Subhanallah.

b. Sama-sama dilarang puasa pada hari tersebut.

Kita tahu bahwa dalam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha kita diharamkan untuk berpuasa, karena memang hari tersebut adalah hari untuk mengoptimalkan rasa bahagia dan syukur kepada Ilahi. Bukan hari untuk berlapar-lapar dan menderita secara sengaja. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang hari raya : Itu adalah hari-hari (untuk) makan dan minum. (Fiqh Sunnah : I/598) Maka demikian pula pada hari Jumat, dimakruhkan mengkhususkannya untuk berpuasa (tanpa berpuasa sebelum atau sesudahnya), kecuali mereka yang terbiasa dengan puasa sunnah ( Daud ) atau bertepatan dengan puasa-puasa sunnah tertentu seperti : puasa Arafat 9 Dzulhijjah dan Asyuro 10 Muharrom. (Lihat Fiqh Sunnah I/474).

Dan hebatnya, tentang kesamaan tipikal yang ini pun telah dilegitimasi oleh Rasulullah SAW dengan haditsnya : Dari Amir al-Asy'ari, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya hari Jumat adalah hari raya kalian, maka janganlah kalian berpuasa (pada hari itu) kecuali jika kalian berpuasa sebelumnya atau sesudahnya ". ( HR Al-Barroz dengan sanad Hasan)

c. Sama-sama ada Sholat 2 rekaat dan Khutbahnya.
Ini bukan rahasia lagi, namun kadang kita tidak menyadarinya. Bukankah kebanyakan kita selalu menganggap bahwa inti dari hari raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah sholat Ied bersama di lapangan atau di masjid ? Hingga kita pun mempersiapkan sedemikian rupa untuk menghadirinya bersama keluarga kita ?. Lalu setelahnya kita mendengarkan khutbah penuh kekhusyukan. Subhanallah. Maka demikian pula dengan hari Jumat, acara intinya adalah dengan sholat Jumat 2 rekaat yang sebelumnya didahului khutbah. Alangkah sayangnya mereka yang menganggapnya sebagaimana shalat dhuhur di hari-hari yang lainnya.

d. Sama-sama ada anjuran untuk memakai pakaian yang paling bagus dan minyak wangi.
Tentang anjuran hal ini pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dari Al-Hasan As-Sabt ra, ia berkata : Rasulullah SAW memerintahkan pada dua hari raya, agar kami memakai pakaian yang terbaik yang kami punya, dan memakai wewangian yang terbaik yang kami punya, dan juga untuk berkurban dengan harga paling tinggi yang kami mampu" (HR Ibnu Hakim)

Sementara untuk hari Jumat, ada beberapa hadits yang menganjurkan hal yang sama. Diantaranya yang diriwayatkan oleh Abu Said ra, Rasulullah SAW bersabda : Hendaklah kalian mandi pada hari Jumat, lalu memakai pakaiannya yang paling baik, dan jika ia punya wewangian maka hendaklah memakainya " ( HR Ahmad, Bukhori dan Muslim )

Lebih khusus lagi, bahkan teladan kita Rasulullah SAW pun memiliki baju istimewa yang spesial dipakai pada setiap hari raya dan hari Jumat.

e. Sama-sama dijanjikan terbebas dari dosa pada hari itu.
Sebenarnya apa sih yang membuat kita merasa paling bahagia saat hari raya ? Apakah pakaian baru, makanan yang terhidang begitu lengkapnya, atau berkumpulnya semua keluarga ? Saya yakin itu adalah beberapa hal penguat saja. Ada hal lain yang membuat kita layak untuk bergembira pada hari itu : dibersihkannya dosa-dosa kita. Untuk hari Raya Idul Fitri dan Hari Jumat, hadits di bawah ini cukup bisa kita jadikan pegangan. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : Sholat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dan Romadhon ke Romadhon, adalah penghapus dosa antara satu dan lainnya selama dijauhi dosa-dosa besar. (HR Muslim dan lainnya) Subhanallah. Sementara untuk hari raya Idul Adha, juga dijanjikan hal yang sama – dengan syarat kita berpuasa sehari sebelumnya (hari Arafah). Dari Abu Qotadah ra, Rasulullah SAW bersabda : " Puasa hari Arafah, menghapus dosa selama dua tahun, setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya " ( HR Jama'ah kecuali Bukhori dan Tirmidzi).

Nah, tunggu apa lagi ? Selamat berhari raya sepekan sekali. Semoga selalu indah dan berkah !

2 komentar: