Ibadah Haji termasuk salah satu dari pilar agama Islam. Ia merupakan puncak sekaligus impian dari seorang muslim dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun sayang sekali, terkadang banyak orang merasa bahwa ibadah haji termasuk ibadah 'ekslusive' yang tidak bisa digapai oleh semua orang. Akibat dari pemahaman ini, maka bahasan fiqh ibadah Haji sangat jarang kita temui dalam masyarakat kita. Orang mulai membahas haji secara mendalam , atau mulai tertarik mengikuti pengajiannya, saat telah resmi terdaftar dan mendapatkan kursi untuk berangkat tahun depannya. Lebih parah dari itu, terkadang ada yang baru membuka tentang fiqh haji sebulan sebelum keberangkatan. Hal ini tentu akan menyusahkan, karena bahasan fiqh Haji cukup luas dan beragam.
Kajian Haji di masyarakat kita kemudian menjadi tidak populer sebagaimana tema lainnya. Di masjid-masjid produk kajian yang ditawarkan tidak akan beranjak jauh seputar tafsir, hadits, dan fiqh. Untuk fiqh pun biasanya tidak menyentuh seputar haji. Padahal, sekiranya bahasan haji juga cukup populer dan sering diulang-ulang dalam pengajian, bisa jadi akan memotivasi banyak orang untuk berangkat haji. Yang sudah mampu tapi belum sadar pun akan segera menyadari kesalahannya. Yang belum mampu mungkin segera menyadari dan bersegara membenahi kelemahannya. Yang sudah terdaftar pun semakin sadar akan urgensi mempersiapkan perjalanan spiritualnya tersebut.
Karena beberapa alasan itulah, maka dalam kesempatan pengajian ahad pagi IKADI Sragen di Masjid Agung Kauman Kabupaten Sragen, saya kemudian mencoba mengangkat bahasan tentang haji. Apalagi secara momentum juka bertepatan, di saat kita yang di tanah air mendengar pemberitaan setiap hari tentang haji, tentu ada rasa tertarik untuk menelisik lebih jauh seputar ibadah haji. Setidaknya mengetahui apa yang dilakukan saudara-saudara kita di Tanah Suci meskipun secara garis besarnya.
Powerpoint berikut hanya sebatas menggambarkan sekilas tentang perjalanan haji dan tahapan-tahapannya. Tidak membahas tentang pembahasan fiqh yang mendalam dan rumit. Sebagai sebuah bahasan awal, lebih tepat untuk disebut sebagai Pengantar Fiqh Haji. Semoga ada kesempatan lain untuk menyusun yang lebih lengkap dan komperehensif.
Untuk mengunduh materi powerpoint, silahkan klik link berikut :
Download Powerpoint Pengantar Fiqh Haji
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Kajian Haji di masyarakat kita kemudian menjadi tidak populer sebagaimana tema lainnya. Di masjid-masjid produk kajian yang ditawarkan tidak akan beranjak jauh seputar tafsir, hadits, dan fiqh. Untuk fiqh pun biasanya tidak menyentuh seputar haji. Padahal, sekiranya bahasan haji juga cukup populer dan sering diulang-ulang dalam pengajian, bisa jadi akan memotivasi banyak orang untuk berangkat haji. Yang sudah mampu tapi belum sadar pun akan segera menyadari kesalahannya. Yang belum mampu mungkin segera menyadari dan bersegara membenahi kelemahannya. Yang sudah terdaftar pun semakin sadar akan urgensi mempersiapkan perjalanan spiritualnya tersebut.
Karena beberapa alasan itulah, maka dalam kesempatan pengajian ahad pagi IKADI Sragen di Masjid Agung Kauman Kabupaten Sragen, saya kemudian mencoba mengangkat bahasan tentang haji. Apalagi secara momentum juka bertepatan, di saat kita yang di tanah air mendengar pemberitaan setiap hari tentang haji, tentu ada rasa tertarik untuk menelisik lebih jauh seputar ibadah haji. Setidaknya mengetahui apa yang dilakukan saudara-saudara kita di Tanah Suci meskipun secara garis besarnya.
Powerpoint berikut hanya sebatas menggambarkan sekilas tentang perjalanan haji dan tahapan-tahapannya. Tidak membahas tentang pembahasan fiqh yang mendalam dan rumit. Sebagai sebuah bahasan awal, lebih tepat untuk disebut sebagai Pengantar Fiqh Haji. Semoga ada kesempatan lain untuk menyusun yang lebih lengkap dan komperehensif.
Untuk mengunduh materi powerpoint, silahkan klik link berikut :
Download Powerpoint Pengantar Fiqh Haji
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
ekslusifitas haji kadang membuat nilai-nilainya membias terutama di masyarakat pedesaan. pengajian sebelum berangkat tak ubahnya orang hajatan. kebanggaan akan menjadi haji yang berlebihan membuat unsur riya terasa kentara. masyarakat juga ikut membias dengan ngasih amplop layaknya orang kondangan. bila memang niatnya ikhlas untuk sih gapapa. soalnya nilai amplop itu suka dicatat oleh calon haji dan kepentingannya saat pulang nanti pada saat bagi-bagi oleh-oleh, nilainya akan disesuaikan dengan isi amplop. sekali dua kali suka dengar ada orang ngomel saat bagi-bagi oleh-oleh, "ngamplopin segini kok cuma dikasih sajadah..."
BalasHapusdan masalah ini pun jarang disentuh oleh pembicara saat pengajian. mereka lebih suka berceloteh tentang mabrur dan mabrur tapi sisi-sisi remang-remangnya dibiarkan berkembang di kalangan umat...
Semoga kita bisa menjadi haji yang mabrur
BalasHapus