30 Apr 2022

Investasi Niat Saat Lebaran : Ubah Tradisi jadi Cuan Akhirat

Jangan sekali-kali kita meremehkan soal niatan yang kita torehkan dalam hati. Karena bisa jadi darinya tercatat sebagai pahala atau bahkan dosa. Rasulullah SAW menyebutkan dalam salah satu haditsnya, ada seorang yang diberikan ilmu tapi belum diberikan harta, tetapi senantiasa berniat dan berazam jika diberikan harta akan mengelolanya dengan baik sesuai aturan syariah, menginfakannya tanpa lelah, maka ia ternyata mendapatkan pahala yang sama dengan mereka yang jelas-jelas telah mengaplikasikan niatannya tersebut. Dalam prinsip ekonomi, ini mungkin mirip dengan yang disebut modal minimalis, tapi keuntungan begitu dinamis. 

Nah menjelang lebaran ini, suka tidak suka, mau tidak mau kita akan disibukkan dengan berbagai macam tradisi lebaran yang begitu mengakar di masyarakat. Padahal kalau ritual idul fitrinya semata, setidaknya hanya ada tiga yang mengikat secara syariat : zakat fitrah, takbiran dan sholat ied. Selain itu biasanya berupa aneka tradisi yang dilakukan, kadang nyaris dilihat sebagai tradisi semata. Nah disinilah letak masalahnya ….

Karena banyak tradisi yang kita lakukan jelang lebaran ini, biasanya berbiaya besar, membutuhkan pengorbanan yang luar biasa, kadang diwarnai dengan keringat dan air mata.  Sebut saja dari mulai mudik pulang kampung, masak opor ketupat dan aneka hidangan lebaran, belanja kue kering buat tamu, bagi-bagi THR dan parcel ke kerabat, belum lagi beli aneka baju baru. Semua tradisi itu, bisa dibilang berbiaya besar.

Ketika tradisi hanya menjadi kebiasaan rutinitas yang tidak melanggar syariat, maka hukum asalnya tetap menjadi mubah, seperti rutinitas kita makan, minum, mandi dan berolahraga misalnya. Di sinilah rasanya kita perlu menambahkan niat-niat kebaikan sepenuh hati pada setiap tradisi yang ada, agar kita memperoleh pahala yang lebih, bukan sekedar menjalankan tradisi semata. 

Soal investasi niat kebaikan dalam menjalankan aneka kegiatan ini agar lebih berkualitas, para salafusholeh telah banyak mengupasnya. Sahabat Muadz bin Jabal suatu ketika pernah bertanya pada Abu Musa : Bagaimana cara engkau membaca al Quran ?. Maka dijawab : “ aku membacanya saat berdiri, duduk, bahkan di atas kendaraan, aku berusaha sekuat tenaga”. Lalu Muadz mengatakan : Adapun aku, aku kadang bangun dan juga tidur, dan aku berharap mendapat pahala saat tidur sama persis ketika aku bangun” (HR. Bukhori).

Di sini Muadz tengah mengajarkan kepada kita tentang investasi niat baik, sehingga saat ia tertidur pun ia ingin mendapatkan pasif income berupa pahala yang mengalir. Bisa jadi saat tidur, beliau meniatkan agar dengan tidur tersebut bisa mengembalikan kekuatan tubuh untuk kembali melakukan amal kebaikan. 

Di sisi yang lain imam Ahmad juga mewasiatkan kepada anaknya: “ Wahai anakku, senantiasalah berniat baik dalam segala sesuatu, sesungguhnya engkau senantiasa dalam kebaikan, selama terus meniatkan kebaikan”.   Hal yang senada juga ditekankan oleh syeikhul Islam ibnu Taimiyah yang menegaskan : “ Sesuatu yang mubah jika diikuti dengan niat yang baik, maka akan menjadi baik (berpahala)”

Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadits : “Sesungguhnya, tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap wajah Allah kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke mulut istrimu”.(HR Muslim)

Imam Nawawi mengomentari hadist tersebut dalam syarahnya : Ketika meletakkan suapan ke mulut istrinya, biasanya itu adalah kebiasaan saat bermain & bercanda, dan berlezat-lezat yang mubah, dan kondisi ini sebenarnya jauh dari konteks ketaatan dan urusan akhirat,  tapi meskipun demikian Nabi SAW mengabarkan bahwa jika ia meniatkan dalam suapan tersebut untuk mencari ridho Allah, maka dia mendapatkan pahala karena hal tersebut.

Maka jelas, yang tersisa bagi kita agar tetap mendapatkan pahala disela menjalani aneka rangkaian tradisi dan kegiatan dalam mempersiapkan lebaran, yaitu dengan menambahkan niat baik sebagai investasi yang akan mendatangkan pahala tanpa kita rasakan. Apa saja diantaranya ?

Tentu yang pertama, niatan mudik yang perlu dipupuk adalah untuk birrul walidain membahagiakan orangtua di hari istimewa, sekaligus menyambung silaturahim kepada keluarga dan sesepuh yang masih tersisa. Jauhi segala niatan buruk seperti riya pamer pencapaian, atau bahkan niatan ingin menyapa kembali mantan dan membuatnya merasa menyesal pernah meninggalkan luka.

Berikutnya, niatan membeli baju baru, jangan sampai hanya untuk sekedar bergaya dan pamer di hari raya di hadapan tetangga dan mertua, tetapi harusnya kita teringat bahwa Rasulullah SAW memang meminta para sahabat untuk mengusahakan penampilan terbaik di hari raya. Pada prakteknya beliau sendiri juga mencontohkan dengan senantiasa memakai pakaian unggulan di hari raya dan setiap Jumat tiba. 

Kemudian, berlelah-lelah membuat hidangan opor ketupat di hari raya tentu membuat keringat tersita. Disitu pentingnya kita menjaga niatan bahwa membuatnya adalah untuk mnegoptimalkan kebahagiaan di hari raya karena bukankah kita dilarang berpuasa di awal lebaran tiba ? Bahkan Rasulullah SAW juga menyebutkan tentang karakteristik hari raya, yaitu adalah hari untuk makan-makan, minum-minum dan mengingat Allah dengan bertakbir. 

Ketika kue lebaran yang kita beli atau siapkan begitu menguras kantong terasa, maka segera kuatkan niat bahwa inilah bentuk ikhtiyar untuk menghormati tamu saat mereka datang menyapa. Di antara tamu-tamu itu ada para anak-anak yang senantiasa memupuk asa mendapatkan kue lebaran kesukaannya, maka jangan sampai kita memberikan harapan palsu dengan menggabungkan antara kaleng khongguan dan seplastik rengginang. Cukuplah itu menjadi kearifan lokal bagi sebagian penduduk usia lansia #eeh 

Bagi-bagi parcel dan THR jelas budgetnya akan melebihi zakat fitrah sekeluarga, apalagi kalau di dalam kontennya ada kacang mete, makanan pemersatu bangsa. Maka niatkan untuk berbagi kebahagiaan di hari raya. Sebagaimana kita dimotivasi oleh Rasulullah SAW tentang adanya kebahagiaan bagi orang yang berbuka puasa. Dan bukankan syariat zakat fitrah juga dimaksudkan agar pada hari raya itu tak ada kesedihan karena kekurangan ?

Hari raya memang momentum bahagia sejak dulu kala, dimana Rasulullah SAW membolehkan berbagai ekspresi kebahagiaan untuk menyemarakannya.

Selamat investasi niat kebaikan dalam seluruh rangkaian lebaran, semoga Allah SWT memudahkan, mengganti yang telah dibelanjakan dengan rejeki yang berkelanjutan, dan tentu saja pahala akhirat yang jelas tercatatkan.

Akhir Ramadhan 1443 H 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar