21 Apr 2022

Antara Mawaddah dan Rohmah, Bagaimana membedakannya ?

Meski keduanya sama-sama diperlukan dan sangat penting dalam menjaga ketahanan keluarga, tentu ada perbedaan antara mawaddah dan rohmah. Dan setiap pasangan bisa jadi berbeda proporsi antara mawaddah dan rohmahnya. Ada yang dominan mawaddah, biasanya pengantin baru. Sementara para penganten lawas, biasanya sebaliknya. Tetapi yang terpenting adalah keduanya bisa hadir di saat yang tepat sesuai kebutuhan.


Banyak yang mengatakan bahwa mawaddah adalah ekspressi cinta yang lebih membutuhkan pada kecenderungan fisik, gairah dan gelora, serta kenyamanan dan kedekatan perasaan. Adapun rohmah lebih diartikan sebagai kasih sayang, cinta yang mengarah pada kedekatan jiwa atau soulmate kata anak muda hari ini.

Adapun dari pendekatan tafsir surat ar-Ruum ayat 21, maka menurut Ibnu Abbas, mawaddah adalah cinta seorang laki-laki pada istrinya, sementara rohmah adalah perasaan sayang laki-laki kepada istrinya saat terkena sesuatu yang buruk. Rohmah adalah syafaqoh, juga ro'fah. 


Nah, bagaimana kita membedakan antara keduanya dalam gambaran yang lebih sederhana ? Dan manakah yang lebih mendominasi dalam keluarga kita ? Beberapa hal ini mencoba membantu kita untuk mendapatkan jawabannya.


Pertama, menggunakan kata “Karena dan Meskipun”.

Mawaddah adalah ketika cinta kita kepada pasangan memiliki beberapa atau bahkan banyak alasan. Sehingga seorang wanita bisa mengatakan pada dirinya sendiri “ Aku mencintai suamiku karena ganteng, pinter, kaya, sholeh dan lain sebagainya ……”. Adapun seorang laki-laki bisa mengatakan pada hatinya, “ aku mencintai istriku karena …….cantik, pinter masak, humoris dan bla bla bla. Demikianlah mawaddah, cinta yang membutuhkan alasan.


Adapun rohmah, dia adalah cinta yang tidak membutuhkan alasan. Sehingga seorang akan mengatakan pada dirinya sendiri, aku mencintai suamiku, meskipun dia ….. norak, bau amis, kampungan dan miskin, misalnya. Atau juga sebaliknya, seorang suami mengatakan : aku mencintaiku istriku, meskipun …….. dan seterusnya.


Kedua, antara Menuntut dan Memberi.

Mawaddah adalah cinta yang masih dalam tahapan seseorang menuntut pasangannya, terutama dalam hal-hal yang bisa menjadikan pasangannya lebih senang dan bergembira. Maka pada tahapan ini mungkin masih banyak request sana-sini untuk menjaga harmonisnya cinta dalam keluarga. Sementara satu sisi Rahmah lebih banyak ingin memberi apapun itu dan kapanpun itu, tanpa perlu diminta terlebih dahulu. Soal pijit memijit misalnya, cinta mawaddah adalah saat ada yang meminta dipijit terlebih dahulu, sementara rohmah adalah tiba-tiba ada yang memijit hangat penuh ketulusan tanpa diminta. Saat bepergian, ada yang minta dibelikan oleh-oleh tertentu, dan ada juga yang merasa ada hal yang kurang jika tidak membawakan sesuatu sebagai oleh-oleh.


Ketiga, antara dua pihak dan satu pihak

Ini yang banyak diartikan, bahwa mawaddah itu adalah ekspresi cinta untuk hari-hari normal penuh gembira. Sedangkan rohmah lebih diperlukan saat menghadapi hari-hari berat saat ujian melanda sebuah keluarga. Mawaddah itu biasanya bisa dinikmati kedua pihak baik suami dan istri, yaitu sama-sama bahagia, sama-sama senang, sama-sama manja, sama-sama bergairah dan seterusnya. Adapun rahmah tidak selalu demikian, kadang rohmah itu dijalankan secara bergantian, atau bahkan salah satu pasangan secara terus-terusan. Rohmah kadang terasa “bertepuk sebelah tangan” tapi justru disitulah rohmah menjalankan fungsinya untuk menjaga ketahanan keluarga. Rohmah adalah kata kerja yang menyiratkan salah satu pihak harus mundur teratur, mengalah tanpa merasa kalah. Rohmah di sini memiliki arti : memahami, memaafkan, lapang dada, menurunkan keinginan, menyayangi, memelihara, menahan marah, bersabar, dan memaklumi.


Lihatlah bagaimana “rohmah” bekerja untuk menjaga ketahanan keluarga. Maka banyak yang mengatakan : beberapa masalah rumah tangga bisa selesai dengan cara “mawaddah” yaitu diajak makan bersama, dipeluk mesra, apalagi diajak belanja dan traveling keliling dunia. Tetapi ada sekian masalah pelik dalam rumah tangga, yang hanya bisa diselesaikan dengan kata kerja “ rohmah”, salah satu pihak harus bertahan mengalah. Jika tidak maka rumah tangga akan mudah mengarah pada kehancuran.


Inilah mungkin yang dimaksudkan oleh Umar bin Khottob, saat ada yang akan menceraikan istrinya atas dasar sudah tidak ada cinta lagi. Maka beliau dengan tegas mengatakan : “ Apakah semua keluarga hanya dibangun atas dasar cinta belaka ? lalu dimana sifat (kasih sayang) pemeliharan, dan penghormatan atas janji/akad.


Memang ada yang menyamakan dengan komitmen dalam pernikahan, tapi  sejatinya rohmah justru melampaui itu semua, karena komitmen yang muncul bukan karena keterpaksaan, tetapi lebih dari itu ia bisa melekat dan mengakar dalam jiwa, dimulai dari atas pemahaman sederhana yang terlintas dalam hati : “ Alhamdulillah, inilah jodoh terbaikku, ya Allah berikan aku kekuatan untuk menjaga dan membahagiakannya sepanjang usia”    


Nah demikian cara membedakan antara mawaddah dan rohmah dari sisi yang sederhana. Tulisan ini sekedar menyampaikan ulang dan merangkum dari apa yang selama ini kami baca, pelajari, amati dan rasakan terkait kehidupan keluarga. Sangat mungkin salah dalam arti hakikinya.


Oya, mau cara lain yang lebih mudah dan praktis untuk membedakan keduanya ? Gampang, pandangilah wajah pasangan Anda dalam-dalam saat ia tertidur pulas. Kalau rasa kasihan yang lebih banyak muncul lalu mendoakan penuh khusyuk, alhamdulillah itulah tanda-tanda Rohmah yang mulai mendominasi. Tapi kalau yang muncul saat memandangnya pulas tertidur justru gairah dan gejolak yang harus dituntaskan, maka selamat … mawaddah Anda masih terus membahana.

1 komentar: