2 Apr 2019

Inilah 8 Makna Suami Istri sebagai Pakaian bagi satu sama lain, No 8 bikin Jomblo Meleleh

Tausiyah Nikah di Walimah Izzuddin bin Sholihin & Ilha

Hunna libasul lakum, wa antum libasul lahun. Indah sekali Al-Quran menyebutkan suami istri masing-masing sebagai “pakaian” untuk satu sama lainnya. Penggunaan kata “libas” untuk memaknai satu hubungan antara dua anak manusia yang bersatu dalam mistaqon golidzho ini perlu kita renungkan lebih mendalam. Dr. Ali Syahwani, seorang aktifis dakwah terkemuka asal Mesir menuliskan artikel singkat, mentadabburi beberapa wajhu tasybiih persamaan pakaian dengan kata lainnya yang insya Allah membantu kita lebih mendalami, mengapa pilihan kata “libas” begitu indah sarat makna.

Pertama, makna As-Satr, yaitu penutup. Fungsi utama pakaian adalah penutup aurat.Suami istri harus saling menutupi aib pasangannya, menyimpan rahasia antar keduanya, menjaga kehormatan satu sama lainnya. Bukan mengobral keburukan pasangan, menceritakan rahasia keduanya, apalagi menjelek-jelekan saat ia tak disampingnya.

Kedua, makna al-Himayah wal Wiqoyah, penjagaan dan perlindungan. Pakaian mempunyai fungsi melindungi fisik kita dari panas dan dingin. Begitu pula suami istri, melindungi satu sama lain secara fisik. Menjaga dan meredam dari gejolak gairah fisik yang bisa mengantarkan pada kemaksiatan.

Ketiga, makna ad-Dif-u yaitu penghangat. Pakaian yang kita kenakan selalu menyesuaikan dengan kondisi cuaca dan lingkungan yang ada. Demikian pula suami istri, satu sama lain harus sangat mampu merasakan kegelisahan, kesedihan atau kemarahan pasangannya, untuk kemudian berusaha menetralisir, menentramkan agar tidak bertambah-tambah mewarnai keseharian.

Keempat, makna at-Takmil yaitu penyempurna. Kita akan merasa penampilan kita akan berkurang saat pakaian yang kita kenakan kurang sesuai. Maka begitu pula, seorang suami hendaknya merasa kurang saat sang istri tiada di samping, begitu pula sebaliknya. Suami istri juga menyempurnakan kekurangan satu sama lain, agar menjadi pasangan yang saling memahami satu sama lainnya.

Kelima, makna Al-Jamaal yaitu keindahan. Pakaian menambah keindahan penampilan penggunanya. Maka demikian pula suami istri, satu sama lain harus menambah keindahan pasangannya, dan tidak ada cara lain kecuali dengan saling tawashou bil haq dan tawashou bisshob. Memotivasi dalam kebaikan dan amal sholeh.

Keenam, makna At-Takayyuf yaitu menyesuaikan, bisa diubah agar lebih pas dan cocok dikenakan. Begitu pula suami istri, harus siap dan mampu merubah sifat-sifat yang tidak mengenakkan pasangannya, agar tercipta kenyamanan satu sama lain.

Ketujuh, makna Al-Muthobaqoh atau kecocokan. Bagian leher untuk bagian leher, sisi untuk lengan kanan tidak bisa digunakan untuk yang kiri. Maka demikianlah suami istri seharusnya, diantara mereka harus mempunyai banyak kecocokan dalam banyak hal, seperti pemikiran, kecenderungan, gaya, agar tidak terlampau jauh terasa perbedaan yang ada.

Kedelapan, makna Iltishoq yaitu melekat. Pakaian tidak mungkin tidak, ia harus melekat pada sang pemilik agar fungsinya berjalan dengan baik. Maka suami istri hendaknya senantiasa melekat satu sama lain, baik hati maupun fisik. Kebersamaan mereka senantiasa dirindukan, pertemuannya menggetarkan, dan satu sama lain merindu untuk terus berdekatan.

Inilah delapan makna “filosofis” pakaian yang juga diibaratkan bagaimana seharusnya suami dan istri menjalani kehidupannya sehari-hari. Sepertinya terasa sulit dibayangkan, apalagi oleh para Jomblo yang masih setia dengan halusinasinya. Hadapilah dengan senyuman ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar