17 Okt 2017

Ada Apa dengan Liqo Tarbiyah ?

Demi masa
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh
serta saling menasihati untuk kebenaran
dan saling menasihati untuk kesabaran “ ( Surat Al Ashr 1-3)

Surat Al-Ashr adalah salah satu inspirasi yang singkat padat bagi kita semua dalam menjalani kehidupan. Maka tidak berlebihan jika kemudian Imam Syafi’i menyebutkan tentang surat Al Ashr :
لو ما انزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم
“Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah bagi makhlukNya kecuali surat ini saja, maka sungguh hal itu sudah mencukupi”

Sejatinya liqo tarbiyah merupakan aplikasi dari isyarat dan inspirasi yang terkandung dalam surat Al-Ashr. Liqo tarbiyah bisa menjadi salah satu model taklim Islami dengan tujuan menyelamatkan manusia dari ancaman kerugian di dunia sebagaimana diisyaratkan dalam surat Al Ashr, khususnya kerugian dalam memanfaatkan waktu yang begitu cepat berlalu dan takkan kembali lagi.

Ada empat program yang dijalankan dalam sebuah liqo tarbiyah secara umum, yang diambil berdasarkan surat al-ashr. Hal ini juga disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Al Ushul Ats Tsalaatsah, ketika menyebutkan surat ini untuk menerangkan empat kewajiban seorang muslim, yaitu ilmu, amal, dakwah dan sabar.

Pertama, menumbuhkan & meningkatkan keimanan. Iman tidak dapat terwujud kecuali dengan ilmu dan pembelajaran. Ilmu harus didahulukan sebelum amal. Maka dalam liqo tarbiyah ada agenda taklim/tatqif yaitu pemberian materi dengan buku-buku referensinya yang beragam, dari mulai Aqidah, Tafsir, Syarh hadits, Siroh dan juga Fiqih Dakwah. Tentu pertemuan sepekan sekali tidak mencukupi, maka biasanya ada penugasan-penugasan untuk membaca buku tertentu, serta menghadiri kajian-kajian ilmiah untuk memperdalam suatu bahasan.

Kedua, menjalankan amal sholeh ketaatan dan kebaikan. Salah satu syiar dalam sebuah liqo tarbiyah adalah “talaqqi li tanfidz”, yaitu menerima ilmu untuk dijalankan. Maka seiring dengan berjalannya proses tarbiyah, seseorang peserta halaqoh tarbiyah dituntut untuk bersemangat mengaplikasikan amal-amal kebaikan dimulai dari dirinya sendiri, dalam ibadah keseharian, seperti : sholat berjamaah, tilawah quran, qiyamul lail, puasa senin kamis, dzikir al-matsurat dan yang lainnya. Bukan hanya sisi ibadah semata, tetapi juga ditekankan sisi yang lain seperti fikriyah dengan membaca, dan jasadiyah dengan berolahara secara rutin.

Ketiga, saling menasehati dan memotivasi dalam kebaikan. Seorang cenderung lemah dan kurang bersemangat, terutama jika dalam kesendirian. Maka dalam liqo tarbiyah ditumbuhkan semangat saling memotivasi dalam kebaikan, baik dalam masalah ibadah, dakwah bahkan juga dalam peningkatan kapasitas pribadi. Ada sessi khusus untuk mengevaluasi pencapaian peserta tarbiyah dalam amal ibadah keseharian, juga apa saja yang sudah dijalankan dalam sepekan ini untuk keluarga, pekerjaan dan kepentingan dakwahnya.  Jika ada yang futur atau melemah maka akan diingatkan dan dimotivasi agar waktu berikutnya kembali bersemangat.

Keempat, Menasehati dan Memotivasi dalam Kesabaran. Kehidupan seseorang nyaris tidak lepas dari problematika, terkadang soal kesehatan, pendidikan, pekerjaan, keuangan, juga permasalahan keluarga. Belum lagi jika ada musibah dan ujian kehidupan yang melanda. Maka ada sesi dalam Liqo Tarbiyah yang digunakan untuk saling sharing dan curhat permasalahan yang dihadapi seorang peserta liqo, untuk kemudian yang lain akan berusaha menyemangati dan lebih jauh lagi, memberikan saran dan solusi.  


Jika empat hal di atas benar-benar diupayakan untuk bisa berjalan dengan baik dalam sebuah liqo tarbiyah, maka insya Allah akan menjadi salah satu sarana untuk menyelamatkan generasi-generasi muda muslim dari kehancuran dan kerugian. 

Jadi, masih ragu untuk liqo tarbiyah ?

1 komentar:

  1. Alhamdulillah, dari kelas SMP sampai sekarang sdh menikah 2 anak, msh menjalankan liqo tarbawi (Abu Azam)

    BalasHapus