15 Jun 2016

Inilah Dua Langkah Memakmurkan Masjid

Pada bulan Ramadhan ini kita saksikan masjid menjadi pusat kegiatan dan keramaian kaum muslimin hampir sepanjang waktunya. Dari mulai pelaksanaan ceramah ramadhan, buka bersama, sholat tarawih berjamaah hingga tadarus menjadikan rumah-rumah Allah itu terasa meriah dan penuh keberkahan. Tentu kita berharap syiar dan kemeriahan masjid semacam ini terus berlanjut pada waktu-waktu berikutnya, bahkan saat Ramadhan telah usai meninggalkan kita sekalipun.

Salah satu yang perlu kita tingkatkan dan sebarluaskan dalam bulan Ramadhan ini adalah, semangat memakmurkan masjid. Sebuah amaliah mulia yang hanya menjadi hak orang beriman semata, dimana Allah SWT berfirman menjelaskan : "Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. At Taubah: 18)

Memakmurkan masjid atau yang biasa disebut dengan istilah imarotul masjid, menurut para ulama terbagi menjadi dua bagian besar yang keduanya sama-sama menjanjikan kemuliaan, yaitu memakmurkan dari sisi fisik bangunan, dan tentu saja memakmurkan dari sisi mengisinya dengan ibadah, syiar dakwah dan kebaikan lainnya. Keduanya bukanlah pilihan yang harus dipilih salah satu, namun harus diupayakan bisa berjalan bersamaan. Tidaklah layak masjid rapuh nan kotor sementara jamaahnya berlimpah, sebagaimana juga tak layak masjid berdiri megah namun minim jamaahnya dalam hal ibadah dan syiar dakwah.  Karenanya, mari kita coba sedikit telaah tentang apa saja yang bisa kita lakukan dalam hal memakmurkan masjid dengan dua makna di atas.

Pertama : Memakmurkan Masjid dari sisi fisik
Yang pertama tentu seputar keutamaan membangun masjid, khususnya di wilayah yang memang sangat membutuhkan. Kita ingat bagaimana langkah awal yang dilakukan Rasulullah SAW setelah berhijrah ke Madinah untuk memulai sebuah peradaban Islam, yaitu membangun masjid.
Karenanya membangun masjid dengan niatan ikhlas hanya karena Allah semata, bukan mengharapkan simpati atau riya dari masyarakat di sekitarnya, dijanjikan pahala yang luar biasa. Maka sungguh menyedihkan jika hari ini kita melihat, orang kaya tidak sedikit di negeri ini namun masih kita temukan masjid yang dibangun dengan mengandalkan kotak infak yang disiapkan untuk menghadang jalan dan menimbulkan kemacetan.  Padahal Rasulullah SAW jelas-jelas memotivasi kita dalam hal ini, beliau bersabda :  “ Barang siapa membangun masjid –dalam rangka mencari ridha Allah-, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga” (HR Muslim)

Setelah masjid sukses dibangun, sebagai sebuah tempat ideal menjalankan ibadah penuh kekhusyukan, maka masjid haruslah senantiasa dalam kondisi bersih yang membuat nyaman mereka yang berada di dalamnya. Kebersihan secara umum semestinya menjadi ciri khas kaum muslimin, apalagi dalam hal ini yang berkaitan tentang tempat ibadah sehari-hari, tempat dimana kita tubuh kita tersungkur dan bersujud berserah diri dihadapan Allah SWT dalam sholat-sholat kita.  Karenanya syariat kita menjanjikan pahala pada setiap amal yang dilakukan dalam rangka menjaga kebersihan masjid. Kepada mereka yang gemar membersihkan masjid meskipun dengan cara sederhana, Rasulullah SAW memberikan isyarat pahala, beliau bersabda :  “ Aku diperlihatkan pahala atas hal-hal yang diperbuat umatku, (sampai-sampai) satu kotoran yang dikeluarkan oleh seseorang dari dalam masjid (HR. Abu Daud).

Hadits di atas mengisyaratkan bahwa upaya sederhana apapun untuk menjaga kebersihan masjid, ternyata mempunyai nilai pahala yang tinggi hingga termasuk dalam amal-amalan yang secara khusus diperlihatkan kepada nabi pahalanya.

Kedua : Memakmurkan Masjid dengan Syiar dan Ibadah
Pembangunan masjid secara fisik juga harus diikuti dengan upaya memakmurkannya secara maknawiyah, dalam arti meramaikannya dengan jamaah sholat, menghidupkannya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bersifat ibadah maupun dakwah, yang semuanya menjadi sarana untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah SWT.

Pekerjaan rumah pertama memakmurkan masjid dari sisi ini adalah bagaimana mengkondisikan hati dan seorang muslim, senantiasa mengarah pada masjid. Ia merindukan masjid dan merasakan ketenangan dan kenyamanan, betah saat berada di dalamnya.  Dengan merindukan masjid, kita berharap termasuk dalam golongan yang akan diberikan perlindungan oleh Allah SWT, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya : Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: (salah satunya) seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR Bukhori Muslim)

Dalam kaitannya dengan memakmurkan masjid dengan beribadah, bukan saja hal ini bagi seorang muslim laki-laki semata, namun peluang amal ini juga terbuka bagi para anak-anak bahkan kaum wanita dimana Rasulullah SAW bersabda : “jika istri-istrimu meminta izin ke masjid-masjid, maka izinkanlah mereka.” (HR. Bukhari, Muslim)

Secara khusus bagi anak-anak, mari jadikan masjid kita ramah anak, bukan menjadi masjid yang menakutkan bagi anak-anak karena senantiasa diusir oleh pengurus masjid. Ketika Rasulullah SAW meminta kita dalam haditsnya : “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika berumur 7 tahun“ (HR Ahmad),  maka otomatis juga terkandung perintah untuk mengenalkan sholat berjamaah dan masjid. Sehingga bagi kita para orangtua, terlebih para takmir masjid, tentu harus menyadari bahwa kehadiran anak-anak di masjid cukup penting sebagai pengenalan dan pembiasaan bagi mereka. Apalagi mereka anak-anak itu juga yang akan kita siapkan menjadi generasi penerus pemakmur masjid di masa berikutnya.

Sebenarnya, kehadiran anak-anak di masjid sudah ada pada masa Rasulullah SAW, dan riwayat yang ada justru menunjukkan sikap terbuka Rasulullah SAW terhadap keberadaan mereka.  Diantaranya sebuah riwayat yang mengisahkan tentang cucu beliau Hasan dan Husain, keduanya menaiki punggung RAsulullah SAW justru pada saat beliau sedang sujud, sehingga kemudian beliau pun memperlama sujudnya. Setelah selesai sholat beliau menjelaskan kepada para sahabat tentang hal tersebut dengan sabdanya : ‘Aku enggan bangun dari sujud, sampai mereka puas menaiki punggungku’“ (HR Ahmad). Bahkan dalam riwayat Bukhori dan Muslim juga disebutkan beliau pernah sholat sambil menggendong Umamah binti Zainab. Saat berdiri beliau menggendongnya, dan saat sujud beliau meletakkannya.

Tentu saja memakmurkan masjid bukan hanya upaya meningkatkan jamaah sholat semata, namun juga mengembalikan masjid sebagaimana fungsinya semula pada masa Rasulullah SAW, dimana pada waktu itu masjid mempunyai peran sebagai pusat kegiatan umat dan pemberdayaan masyarakat. Masjid menjadi tempat ibadah sekaligus dakwah, digelarnya majelis ilmu dan tempat belajar mengajar Al-Quran. Bukan hanya sisi pendidikan, masjid juga diharapkan bisa kembali menjadi tempat berkumpul dan bermusyawarahnya masyarakat, serta menelurkan layanan-layanan sosial bahkan kesehatan yang senantiasa ditunggu-tunggu umat dan masyarakat. Inilah bentuk-bentuk memakmurkan masjid yang lebih luas dan tentu juga lebih membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dari kita semua.

Akhirnya, semoga Ramadhan yang mulia ini menjadi momentum yang tepat bagi kita untuk meningkatkan komitmen kita terhadap masjid, baik secara pribadi dengan meningkatkan intensitas kedekatan kita pada masjid, maupun secara umum yaitu memperluas peranan masjid di tengah masyarakat kita, bukan sekedar sebagai tempat ibadah semata, namun juga diisi dengan berbagai inovasi kegiatan dan produk dakwah yang menarik, yang membuat masyarakat tergerak untuk kembali meramaikan masjid. Semoga Allah SWT memudahkan.

*artikel dimuat dalam buletin IZI  Ramadhan 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar