22 Agu 2015

Merdeka yang Dirindukan

Setiap kita memperingati kemerdekaan di bulan Agustus, selalu ada satu dua yang menyebutkan ungkapan bahwa bangsa kita sejatinya “belum merdeka”. Ungkapan tersebut menjadi tidak masalah jika dilihat sebagai sebuah evaluasi dan pemicu diri untuk terus memperbaiki diri dan keadaan negeri ini. Namun ungkapan tersebut menjadi masalah jika kemudian menafikan sebuah nikmat kemerdekaan yang diproklamasikan oleh para pejuang kita 70 tahun yang lampau. Sungguh sangat jauh berbeda, kondisi bangsa yang merdeka dengan bangsa yang masih ditindas penjajahan, sebagaimana saat ini bisa kita saksikan masih terjadi pada negeri Palestina.

Sehingga, bagaimanapun kondisi saat ini, kita tetap harus bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan. Kita juga layak bersyukur atas anugerah sebuah tanah air yang penuh kekayaan alam, iklim cuaca yang moderat, serta penduduk yang ramah tamah dengan aneka ragam budayanya. Terlampau banyak nikmat Allah SWT yang diberikan kepada negeri ini, sehingga itu semua harus disyukuri sepenuh hati, sesuai perintah Allah SWT : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim 7)

Kewajiban bersyukur ini tentu harus diikuti dengan kesiapan mengisi kemerdekaan dengan berbagai kerja nyata, hingga tak ada lagi yang mengatakan bahwa sejatinya kita “belum merdeka”. Agar kita bisa sama-sama menikmati sebuah kemerdekaan yang dirindukan, yang wujudnya bisa kita ambil inspirasinya dari firman Allah SWT dalam surat Al-Qurays : “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar, dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS Al-Qurays 3)

Dari ayat di atas, setidaknya ada tiga hal yang menjadi gambaran sebuah negeri ‘merdeka’ yang dicita-citakan harus turut diupayakan oleh setiap muslim dalam kesehariannya. Pertama,merdeka dalam beribadah. Yaitu adanya kebebasan dalam menjalankan ibadah dan syariat agama. Kebebasan ini bukan semata dengan mengupayakan keberadaan masjid di berbagai sudut desa dan kota, namun juga dengan semangat memakmurkannya dengan penuh syiar dan kegiatan keislaman, yang bisa mendekatkan diri seorang hamba pada Allah SWT. Kemerdekaan dari sisi ini juga bisa terwujud dengan kebebasan dalam menjalankan syariat agama tanpa khawatir dicaci, dijauhi atau bahkan dicurigai oleh masyarakatnya. Semua ini tentu harus kita upayakan.

Kedua, merdeka dari rasa lapar. Artinya terwujudnya kecukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau dengan bahasa yang lebih popular adalah kesejahteraan.  Seorang muslim harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan produktifitasnya agar mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat sebagaimana diajarkan Islam. Syariat Islam juga menginginkan seseorang tidak berprilaku boros dan berlebih-lebihan dalam hal konsumtif, agar tidak terjebak pada gaya hidup yang mengakibatkan besar pasak daripada tiang. Namun diluar itu semua, agama yang mulia ini juga menekankan tentang kepedulian dan semangat berbagi kepada orang lain, tolong menolong, baik melalui syariat zakat ataupun infaq, yang semuanya bertujuan mengangkat nasib si miskin, agar terhindar dari lapar dan penderitaan.

Ketiga, merdeka dari rasa takut & kecemasan. Agama Islam sendiri berarti  kedamaian, karenanya mengupayakan kedamaian dan keamanan juga harus menjadi misi seorang muslim, dimulai dari yang paling sederhana, yaitu tidak menganggu dan menyakiti orang-orang terdekatnya. Rasulullah SAW bersabda : “seorang muslim adalah mereka yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan tangan dan lisannya” (HR Muslim). Sehingga kondisi aman dan damai harus terus diwujudkan oleh setiap muslim, bahkan menjadi ukuran sebuah kenikmatan yang layak disyukuri setiap pagi, dimana Rasullah SAW bersabda, "Barang siapa yang berpagi hari dalam keadaan aman tenang di tempat tinggalnya, sehat wal'afiat badannya, mempunyai makanan untuk sehari itu, maka seolah-olah dunia dan seisinya telah terkumpul baginya (HR Tirmidzi )

Akhirnya marilah kita selaku pribadi berupaya mewujudkan tiga gambaran kemerdekaan yang senantiasa dicita-citakan setiap muslim dalam setiap lingkup kehidupannya, baik selaku pribadi, dalam keluarga, maupun lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan.Wallahu a’lam bisshowab

*artikel dimuat dalam Rubrik Tausiyah Jumat : Suara Solo 21 Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar