20 Jun 2015

Notes From Athens (2) : Geliat Muslim di Athena

Sebelum saya lebih banyak menulis tentang kegiatan safari dakwah PKPU selama bulan Ramadhan ini di Athena, tentu akan lebih tepat jika sedikit mengulas tentang kondisi dan sejarah kaum muslimin di Yunani secara umum, dan Athena secara khusus. Untuk keseluruhan negara Yunani sendiri, tercatat populasi kaum muslimin di kisaran 1,3% dari 10,7 juta total penduduk Yunani.  Penduduk muslim Yunani memiliki latar belakang bahasa dan etnis yang berbeda, diantaranya adalah Turki, Pomaks, India, Pakistan, Albania dan lainnya.

Ada peristiwa sejarah yang tercatat menjadikan berkurangnya penduduk muslim Yunani secara signifikan, yaitu perjanjian Lausanne pada tahun 1923 yang memuat kewajiban pertukaran penduduk antara Yunani dan Turki, dimana perjanjian ini mengharuskan muslim yang tinggal di Yunani berpindah ke Turki, dan Kristen yang ada di Turki pindah ke Yunani. Yang tertinggal dari perjanjian ini adalah muslim di wilayah Thrace, bagian utara Yunani sekitar 700 km dari Athena. Minoritas muslim di Thrace yang sebagian besar beretnis Turki berjumlah 120ribuan hingga hari masih mendapatkan banyak tekanan dan diskirimansi untuk kelangsungan hidup beragama dan sosial kemasyarakatan.

Adapun muslim di Athena, ibukota sekaligus Yunani bagian selatan, juga berasal dari kaum imigran yang berdatangan sejak 1970-an yang kebanyakan berasal dari Palestina. Kemudian gelombang imigran Muslim ke Yunani semakin meningkat pada era 1990-an yang sebagian besar dari etnis Albania, dan sisanya dari negara-negara India, Pakistan dan Bangladesh. Warga negara Indonesia sendiri yang mencari penghidupan di Athena tidak banyak, jumlahnya sangat sedikit. Baru setelah era olimpiade tahun 2004 lalu tenaga kerja rumahan mulai berdatangan dan jumlahnya hingga hari ini diperkirakan 1000 orang. Tentu secara jumlah masih sangat jauh dibandingkan tenaga kerja kita di Malaysia, Taiwan, Hongkong dan negara-negara Timur Tengah.

Permasalahan yang dihadapi kaum muslimin di Athena, secara umum adalah diskriminasi dan penentangan dari mayoritas yang beragama kristen ortodoks. Bukti yang paling menonjol adalah sampai saat ini belum diperbolehkan berdirinya satu masjidpun yang tercatat secara resmi. Nilai demokrasi yang menjadi sejarah kebanggaan Yunani nyaris tak terasa sama sekali ketika berhadapan dengan kenyataan ini. Athena menjadi satu-satunya ibukota negara Uni Eropa yang tidak memiliki tempat ibadah muslim secara khusus dan resmi, sementara di negara Eropa lainnya pertumbuhan dan perkembangan kaum muslimin sangat luar biasa.

Lalu bagaimana kaum muslimin di Athena melaksanakan ibadahnya, khususnya sholat Jumat dan tarawih Ramadhan seperti saat ini ? Maka tercatat sekitar 10 ribuan muslim Athena terpaksa beribadah di sekitar 130 ruang-ruang bawah tanah tanpa udara dan jendela, atau gudang-gudang yang telah disulap menjadi semacam masjid.

Permasalahan lain yang juga tidak kalah memprihatinkan adalah beberapa kejadian yang menunjukkan semangat kebencian pada umat Islam, seperti ancaman yang jelas dan tertulis, kemudian peristiwa melecehkan Alquran yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Hal-hal tersebut menambah daftar panjang kekhawatiran kaum muslim di Athena. Salah satu sebab yang seringkali disebut dalam hal ini adalah adanya trauma sejarah pada mayoritas kristen ortodoks Yunani, dimana mereka sangat memendam dendam kebencian atas pendudukan selama sekitar 400 tahun Turki Utsmani pada negara mereka. Sehingga hampir-hampir semua kekurangan dan keburukan dilimpahkan semuanya pada Turki Utsmani yang nota bene adalah simbol Islam. Maka tidak heran jika mereka juga mewariskan kebencian ini pada generasi muda dan anak-anak mereka, hingga trauma sejarah ini terus berlanjut hingga hari ini.

Lalu apakah kaum muslimin di Athena diam saja pasrah dengan kondisi seperti ini ? Tentu tidak, adalah Muslim Association of Greece yang digawangi Naim Al Ghudury senantiasa tampil terdepan untuk membela hak-hak kemasyarakatan kaum muslimin di Yunani. Begitu pula upaya dakwah terus digalakkan dengan berbagai macam sarana, khususnya dengan menerbitkan situs Islam berbahasa Yunani yang ternyata mendapatkan sambutan luar biasa dari kaum muslimin di Yunani. Masih banyak tentu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Tidak ada kata lain bagi kaum muslimin di Athena, untuk terus berjuang karena mereka telah sampai pada "point of no return". Terus berjuang atau hilang. Mari kita turut sertakan dalam doa-doa kita. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan

sumber foto : republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar