9 Okt 2012

Aksi Soeharto untuk Perjuangan Dunia Islam

Pemerintah Indonesia saat ini bisa dianggap berdiam diri atau tidak proaktif dengan apa yang terjadi di dunia Islam.  Kita lihat saja dari kasus di Rohingya, Suriah, atau bahkan yang terjadi di Palestina,yang telah diupayakan pemerintah Indonesia, sepertinya tidak selaras dengan potensi kekuatan politik bangsa Indonesoa – sebagai bangsa dengan kaum muslimin terbesar di dunia – yang semestinya bisa lebih gagah menyuarakan keadilan dan membela kebenaran. Kita bisa membandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Mesir dan Turki dalam hal ini.

Namun sejatinya, kita juga bisa membandingkan dengan apa yang terjadi dalam sejarah bangsa Ini, khususnya pada masa orde Baru di bawah kepemimpinan pak Harto. Sekali lagi kita tidak sedang membahas profil pak harto secara keseluruhan, yang barangkali masih sangat kontroversial bagi sebagian orang. Kita hanya membahas tentang aksi riil yang telah dilakukan pak Harto pada waktu itu untuk mendukung perjuangan dunia Islam, dengan harapan pemimpin saat ini mampu meneladaninya, dan setidaknya kita generasi muda mempunyai semangat yang kuat untuk melanjutkannya dan peran-peran positif lainnya. 

Tentu jika kita bicara tataran pidato dan sikap seorang Presiden untuk mendukung dunia Islam atau anti pejajahan, akan banyak terungkap dalam dokumen maupun arsip sejarah. Saya tidak berputar di seputar statemen, tapi bagaimana aksi riil pemerintahan Soeharto mengirimkan bantuan senjata secara langsung, untuk mendukung perjuangan kaum muslimin disana. Kapan sajakah ?

Pertama : Pengiriman Persenjataan kepada Mujahidin Afghanistan (Tahun 1981)

Kisah ini dipaparkan oleh Marsekal Muda (Purn) Teddy Rusdy yang merupakan tangan kanan Benny Moerdani di bidang intelijen. Beliau membersamai Moerdani selama kurun waktu 20 tahunan lebih.  Saya paparkan kisah ini sebagaimana dimuat dalam situs garudamiliter.com
“ Pada 1981, Teddy Rusdy mendampingi Pak Benny di Islamabad pertemuan rahasia dengan petinggi intelijen Pakistan yang membahas membantu logistik dan persenjataan Mujahidin Afghanistan.

Kata Teddy, saat itu, para mujahidin Afghanistan membutuhkan senjata yang sama dengan hasil rampasan yaitu buatan Uni Soviet. “Kebetulan senjata buatan Uni Soviet banyak di miliki ABRI saat Trikora dan Dwikora,” ungkap Teddy. Dengan persetujuan Presiden Soeharto terkumpul senjata-senjata buatan Uni Soviet. Senjata ini dikumpulkan di gudang khusus milik staf Hankam dan Gudang Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. “Kita hapus nomor seri yang tertera dalam setiap senjata untuk mengaburkan asal sumber senjata tersebut,” sergah Teddy. Semua senjata dimasukkan di dalam peti dan diberi tanda palang merah, dicampur dengan peti obat-obatan dan selimut.

Kata Teddy, operasi ini tidak melibatkan Atase Pertahanan RI di Pakistan yang waktu itu dijabat Kolonel Harjanto. “Ia tidak dilibatkan untuk menghindari kasus diplomatik apabila operasinya bocor.” Akhirnya operasi ini berjalan dengan mulus.

Kedua : Pengiriman Persenjataan pada Mujahidin Bosnia (Tahun 1992)

Dukungan berikutnya tidak secara langsung dari pak Soeharto, melainkan melalui adiknya yaitu Probosutejo, yang secara khusus menugaskan Soeripto – yang dikenal dengan Agen Intelijen Tiga Zaman- untuk membantu persenjataan Mujahidin Bosnia.  Dengan berbekal dana sekitar 3 Milyar, pada waktu itu tentu jumlah yang sangat besar, Soeripto menghabiskan waktu 2 bulan di kawasan konflik itu untuk membeli senjata di pasar gelap, dengan segenap marabahaya dan konsekuensi untuk ditipu dan ditembak setiap saat. Juga kendala pengiriman senjata apakah lewat darat atau udara yang keduanya sama-sama berpotensi untuk diperiksa secara ketat. Akhirnya Soeripto berhasil membeli dan mengirimkan sejumlah peluru, senjata laras panjang, dan utamanya AK47 bagi kepentingan mujahidin Bosnia.  Semua senjatanya baru dan diperiksa satu persatu oleh Soeripto.

Kisah petualangannya selama 2 bulan memasok senjata itu dilukiskan oleh Soeripto dengan nada bercanda : jika difilmkan akan lebih menegangkan dari James Bond. Soeripto juga mengaku tidak tahu apakah langkahnya tersebut dikoordinasikan oleh Probosutedjo kepada Soeharto atau tidak. Dalam pandangan saya, operasi semacam ini bukan kelasnya Probosutedjo secara pribadi, tentulah ada campur tangan rahasia Presiden sebagaimana disebutkan oleh Teddy Rusdy saat pengiriman senjata sebelumnya ke Afganhistan.

Akhirnya, bercermin dengan sepak terjang pemerintahan Indonesia pada saat yang lalu, khususnya dukungan riil pada perjuangan dunia Islam. Bagaimana dengan pemerintahan yang sekarang ? Apakah cukup dengan kata-kata himbauan dan prihatin saja ? Atau ada upaya diam-diam tapi riil langsung dirasakan kemanfaatannya bagi rakyat Palestina, Suriah dan Rohigya ? Saya berharap yang terakhir telah dijalankan oleh pemerintah kita saat ini, meski baru akan terbuka beberapa puluh tahun lagi.

Semoga bermanfaat dan salam optimis. 

Sumber Bacaan :

1 komentar:

  1. Artikel yang menarik, Gan! Kalau aksi Soeharto untuk khitan apa nih? :-)

    BalasHapus