21 Jul 2011

Seri Taiwan (1) : Mengenal Mas Anto dan Kiprah Dakwahnya

Mas Anto menjemput langsung di Bandara
Alhamdulillah, saya bersyukur bisa ikut menikmati ‘hangatnya’ musim panas di Taiwan yang mencapai puncaknya Juli-Agustus ini. Angin hangat itu sudah mulai terasa saat turun dari direct flight China Airlines CI762 Jakarta-Taipei. Jam menunjukkan pukul delapan malam, aktifitas kedatangan di Bandara pun tampak sangat lenggang. Sesaat setelah mengambil bagasi yang cukup berat, tampak wajah-wajah yang sumringah menyambut. Selembar kertas berukuran A4 tertulis nama saya  cukup jelas dibawa dan terbaca dari kejauhan.

Mas Anto, demikian panggilan akrab Antok Budianto mantan Presiden KMIT (Keluarga Muslim Indonesia Taiwan ) dan juga FOSMIT (Forum Silaturahim Muslim Indonesia Taiwan) Chungli ternyata turun langsung menyambut. Bersama beliau ada Mbak Yulkher Rina, Mahasiwa Master di ICU, ChungLi Taiwan. Lulusan Unpad ini tampak sibuk mengabadikan momentum dengan kamera digitalnya, baik kedatangan saya maupun beberapa pemandangan yang kami lewati di jalanan Bandara ke Chungli yang memakan waktu sekitar setengah jam.

Rasanya perlu kita mengenal lebih mendalam sosok Mas Anto. Beliau sudah sembilan tahun malang-melintang dalam dunia organisasi dan dakwah di Taiwan. Dalam FOSMIT secara khusus, telah banyak mendatangkan para ustadz dan muballigh dari tanah air untuk berbagi semangat kepada teman-teman BMI (Buruh Migran Indonesia) di Tanah Air. Dalam satu tahun terakhir ini saja, tercatat beberapa ustadz telah sukses diundang ke Taiwan, diantaranya : Ustadz Jefry Bukhory, KH Abdullah Gymnastiar, Haji Qomar, Ustadz Iwan bersama Syahrul Gunawan, dan yang terakhir adalah awal Juli yang lalu mengundang Haddad Alwi untuk mengisi Tabligh Akbar menyambut Ramadhan. Semestinya jadwal kedatangan saya juga berbarengan dengan Haddad Alwi, namun diundur karena saya harus menyelesaikan tugas rutin saya sebagai pengajar terlebih dahulu di kampus. Mas Anto dengan FOSMITnya  juga sukses membuat Yayasan Yatim Piatu BMI di Karawang, yang akan terus berkembang dan dikawalnya dengan keras, bekerja sama dengan PPA Darul Quran milik ustad Yusuf Mansur.

Mas Anto akan segera kembali pulang ke tanah air, setelah sembilan tahun berkiprah di Taiwan. Langkah terakhirnya di Taiwan cukup monumental yaitu mendirikan Islamic Center Indonesia di Masjid Longgang, ChungLi yang memang selama ini kerap menjadi rujukan masyarakat Indonesia di sekitarnya. Islamic Center ini diharapkan bisa menjaga kondisi keislaman para BMI dan mahasiswa Indonesia secara khusus, dan tentu saja secara umum mampu mewarnai perkembangan Islam di Taiwan yang sangat minoritas. Perjalanan saya ini juga atas undangan dari Islamic Center tersebut, yang diharapkan mampu ikut berpartisipasi untuk menghidupkan syiar Ramadhan di Masjid Longgang ChungLi.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Pak Kirna dari PPA yang banyak membantu saya dari mulai pengurusan visa di TETO (Taiwan Economic Trade Organization) di Gedung Artha Graha SDBC, bahkan hingga booking pesawat China Airlines pulang pergi Jakarta Taipei. Begitu pula kepada Mbak Linda Yani dari Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU yang juga turut berpartisipasi aktif dalam mewarnai perjalanan dakwah ke Taiwan ini.

Dari Bandara saya diantar langsung menuju Masjid Longgang, dan disana ternyata telah menunggu beberapa aktifis FOSMIT baik dari kalangan mahasiswa maupun BMI yang nampaknya sangat kompak dalam berjibaku mensyiarkan dakwah di Chungli. Ada mas Iyan (ketua FOSMIT sekarang, pengganti mas Anto), ada mas Roni (sekjen) , mbak Ami, mbak Novita, dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Acara inti penyambutan tentu saja makan-makan. Makanan yang dihidangkan pun sangat lengkap, saya merasakan hawa indonesia yang cukup kental. Ada kare ayam, gule kambing, ikan bumbu, dan juga buah-buahan yang segar. Minuman juz orange membuat kita sejenak melupakan musim panas yang tengah menggelegak di Taiwan saat ini. Alhamdulillah, makan yang nikmat dan lezat. Kami menyantapnya sambil berkenalan secara sederhana. Para saudara kita di Taiwan ternyata tidak kehilangan selera dan ketrampilan memasak Indonesianya, meskipun tentu saja di Taiwan perlu ketrampilan khusus untuk mendapatkan bahan makanan yang benar-benar halal.

Selesai acara makan, saya langsung diantar beristirahat ke tempat saya akan tinggal selama sebulan ini. Bangunan itu berada disebelah selatan masjid, lantai pertama adalah dapur besar yang digunakan setiap ada acara besar di Masjid Chung Li, khususnya setiap sholat Jumat. Saya menempati lantai kedua yang cukup lengkap fasilitasnya. Dan nampaknya teman-teman FOSMIT telah mempercantik ruangan tersebut, sehingga sangat terasa sentuhan-sentuhan terampil yang menghias ruangan-ruangan di lantai dua itu. Ada ruangan besar di tengah yang juga menjadi tempat buku-buku perpustakaan islamic center, sofa berukuran besar, kulkas dan meja tempat hidangan pun tersusun rapi disebelahnya. Ada kamar tidur dengan AC yang cukup kooperatif di musim panas, ada juga kamar mandi yang cukup besar, dan tentu saja ruangan kantor yang dilengkapi meja kerja dan komputer yang representatif. Teman-teman FOSMIT nampaknya telah merencanakan ini dengan benar-benar profesional.

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, serangkaian agenda dakwah yang telah dijadwalkan teman-teman Islamic Center telah ada dihadapan. Semoga satu persatu amanah tersebut bisa tertunaikan dengan ikhlas, ihsan dan istiqomah. Untuk mas Anto yang hari ini mengakhiri perjalanan dakwahnya sembilan tahun di Taiwan, dan siap berkarya di tanah air, saya ucapkan : selamat berjuang dan semoga istiqomah mas !

2 komentar:

  1. semoga Allah menjga niat dan semangatmu, Mujahidku...wah traveling notenya bakal asyik nih

    BalasHapus
  2. Wah Ustadz mutasi ke taiwan ya. hehe untuk urusan mutasi kader di solo sekarang dengan siapa nih?

    BalasHapus