4 Jun 2012

Sebelum Gerhana Bulan itu benar-benar Datang

Gerhana bulan terjadi insya Allah beberapa saat lagi. Masyarakat mempunyai penyikapan berbeda-beda tentang hadirnya gerhana bulan ini. Yang paling banyak mungkin yang biasa-biasa saja nyaris tak menganggapnya apa-apa. Terus menjalani kehidupan sehari-hari tanpa menyadari kapan nafasnya akan berhenti. Beberapa yang lainnya menyambut dengan pemahaman yang berbeda-beda, mungkin uraian sederhana ini bisa menjadi gambaran sekaligus renungan bagi kita :

Pertama : Yang menganggapnya isyarat kematian atau kelahiran seseorang, dan peristiwa besar lainnya
Sejak jaman dahulu hingga hari ini, gerhana diibaratkan pertanda alam yang memberikan isyarat tentang kematian dan kelahiran seseorang, atau akan terjadinya peristiwa yang besar. Pada jaman Rasulullah SAW gerhana terjadi saat kematian Ibrahim putra beliau, maka pandangan ini pun semakin diyakini secara umum. Karenanya Rasulullah SAW pun secara khusus menerangkan kepada para sahabat :

إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا ، فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allôh. Terjadinya gerhana matahari dan bulan itu bukanlah disebabkan oleh kematian atau kelahiran seseorang. Apabila kalian mendapati kedua gerhana ini, maka berdoalah kepada Allôh dan sholatlah sampai selesainya gerhana.” (Muttafaq ‘alaihi dari Mughîrah bin Syu’bah Radhiyallâhu ‘anhu)

Pada hari ini pun masih banyak para orangtua yang menceritakan fenomena gerhana bulan kepada anak-anaknya sebagai kejadian raksasa (buto) yang memakan bulan atau matahari. Sungguh teramat jauh panggang dari api. Tidak ilmiah dan tentu saja tidak syariah.

Kedua : Menganggapnya sebagai fenomena alam semata, dan akan berulang kembali berdasarkan analisan dan hitungan angka-angka. Sebagian besar kaum muda melihat gerhana dari perspektif lain, yaitu semua gejala alam yang indah dan ilmiah. Maka mereka pun bertekad untuk tidak melewatinya barang sejenak. Pandangan utuh terpusat dan berniat mengabadikannya detik per detik. Mereka ini tidak lagi merasa takut dengan gerhana bulan, namun melihatnya sebagai objek penelitian sekaligus objek hiburan. Bahkan bisa jadi ada beberapa yang janjian dengan teman atau pacar untuk bersama-sama menikmati romantisnya suasana gerhana bulan.

Nyaris tak ada ketakutan yang tersirat sama sekali, padahal Rasulullah SAW yang mempunyai otoritas mendapatkan wahyu, merasa takut dengan hadirnya fenomena ini karena menyangka telah datang kiamat. Sementara kita yang berbekal angka-angka teoritis ilmu astronomi begitu tegar dan percaya diri menggumamkan : kiamat masih jauh ? . Mari kita simak sejenak riwayat tentang kegelisahan dan ketakutan Nabi Muhammad SAW.

خسفت الشمس فقام النبي  فَزِعًا يخشى أن تكون الساعة، فأتى المسجد فصلى بأطول قيام، وركوع، وسجود رأيته قط يفعله

“Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi Shallallâhu ‘alaihi Sallam sontak berdiri terkejut dan merasa ketakutan kiamat akan datang. Beliau lantas pergi ke masjid dan melakukan sholat yang panjang berdiri, ruku’ dan sujudnya” (HR Bukhori Muslim dari Abu Musa)

Ketiga : Ada yang menyambut gerhana bulan dengan tanpa bekal ilmu yang cukup, maka mengisinya dengan amalan-amalan yang jauh dari aturan syariah. Mungkin saja dengan mengadakan ritual atau wirid tertentu yang tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam kitab hadits dan petuah para ulama. Semoga kita terhindar dari semua itu.

Keempat : Sebagian besar tak memperdulikan urusan gerhana dan kembali tenggelam dan kesibukan dan rutinitasnya, yang barangkali seputar keduniawian atau mengarah pada kemaksiatan. Mungkin saja mereka mendengar berita seputar gerhana namun tak menjadikannya hal yang patut untuk dicerna atau diperhatikan. Tuntutan pekerjaan dan kerasnya hati menjadikan fenomena gerhana bulan tak layak untuk dimasukkan dalam hati.

Lalu bagaimanakah seharusnya yang harus kita jalani ?  Maka mari sejenak merenungkan sabda Rasulullah SAW:

هذه الآيات التي يرسل الله لا تكون لموت أحد ولا لحياته،ولكن يخوِّف الله بها عباده،فإذا رأيتم شيئًا من ذلك فافزعوا إلى ذكر الله ودعائه، واستغفاره

“Gerhana ini adalah tanda-tanda yang Allôh mengutusnya bukan disebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun gerhana ini diutus supaya Allôh menakuti hamba-hamba-Nya. Apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah dan bersegeralah berdzikir kepada Allôh, berdoa dan memohon pengampunan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaihi)

Secara sederhana, beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam menyambut gerhana bulan ini antara lain : merasakan ketakutan dan kekerdilan diri atas kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, memperbanyak dzikir, berdoa dan meminta ampunan, menjalankan sholat sunnah gerhana berjamaah atau sendirian minimal, dan memperbanyak amal kebaikan seperti bersedekah dan lain sebagainya. Jika kita tertarik untuk mengamati fenomena gerhana bulan, maka niatkan lah untuk meningkatkan iman atas kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, sekaligus memperbesar rasa syukur kita. Wallahu a’lam bisshowab

Rabu, 16 Juni 2011 23.15 menunggu datangnya gerhana ....

1 komentar:

  1. waw rupanya adanya gerhana mempunyai nilai magis serta kekuatan Alloh SWT. Salam kenal.

    BalasHapus