11 Jun 2011

Romantis Islami : Murah dan Berpahala (Bagian 3-habis)

Jika romantis itu identik dengan memberikan hadiah kepada pasangan, membahagiakan hati pasangan, serta bergembira dan bermesraan bersama pasangan, maka sesungguhnya sejak 14 abad yang lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah memberikan banyak contoh romantis bagi kita dalam potret kehidupan rumah tangga beliau bersama istri-istrinya.  Jauh sebelum Wiliam Shakespere sempat menulis cerita romantis Romeo dan Juliet.

Lihat saja bagaimana Aisyah ra. terharu saat ditanya tentang kenangannya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang paling mengagumkan. Istri kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam itu menjawab dengan penghayatan yang begitu dalam : Kaana kullu amrihi ‘ajaba (Semua tentangnya  menakjubkan !).  Seolah-olah Aisyah ra berbalik bertanya : “ Manakah dari pribadi beliau yang tidak mengagumkan ? “. Begitu romantisnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam hingga Aisyah tidak bisa melukiskannya dengan kata-kata selain menakjubkan.!

Aisyah ra ingat persis ketika Rasulullah saw menggendongnya mesra melihat orang-orang Habsyi  bermain-main di pekarangan masjid hingga ia merasa bosan. Di hari lainnya, suaminya tercinta itu malah mengajaknya berlomba lari dan mencuri kemenangan atasnya saat badannya bertambah subur. Aisyah ra juga takkan lupa saat Rasulullah saw memanggilnya dengan panggilan kesayangan “Humaira” (yang pipinya kemerah-merahan). Sebuah panggilan yang benar-benar mampu membuat pipi Aisyah bersemu merah jambu. Malu dan salah tingkah.  Sementara di dalam rumah, potret romantis Aisyah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam lebih menakjubkan. Mereka makan sepiring berdua, tidur satu selimut berdua, bahkan hingga mandi satu bejana ! Bayangkan, adakah yang lebih romantis dari tiga hal tersebut ?

Yang unik lagi misalnya, jika Anda pernah melihat film-film barat, maka ada sebuah kebiasaan aneh saat pesta , yaitu  melumuri atau melempar wajah temannya dengan kue-kue yang ada. Kemudian mereka saling membalas. Ternyata, uswah kita tercinta shallallahu alaiahi wa salam pernah melakukannya dengan dua istrinya ; Aisyah ra dan Saudah ra. Mereka berdua asyik bercanda, saling membalas melumuri wajah madunya dengan sebuah makanan sejenis jenang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tidak hanya tersenyum simpul, bahkan juga ikut menyemangati kedua istrinya . Berani mencoba ?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam adalah seorang lelaki sebagaimana lelaki lainnya, namun bagi para ummahatul mukminin , beliau bukan sekedar suami yang biasa. Beliau adalah suami yang romantis dengan segenap arti yang bisa diwakili oleh kata romantis. Diriwayatkan dari Umarah, ia berkata : Saya bertanya kepada Aisyah ra : “ Bagaimana keadaan Rasulullah bila berduaan dengan isri-istrinya ? “ Jawabnya : “ Dia adalah seorang lelaki seperti lelaki yang lainnya.Tetapi bedanya beliau seorang yang paling mulia, paling lemah lembut, serta senang tertawa dan tersenyum “ (HR Ibnu Asakir & Ishaq ).

Jika merasa belum lengkap dengan contoh nyata dari kehidupan rumah tangga beliau, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah menegaskan secara khusus pada umatnya untuk berlaki romantis pada pasanagannya. Beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik  pada istri dari kamu sekalian “. (HR Tirmidzi & Ibnu Hibban) .  Tidak tanggung-tanggung, bahkan Al-Quran juga telah mengisyaratkan hal yang senada : “ Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak “ ( QS An-Nisa :41 )

Syarat untuk menjadi terbaik, harus berbuat baik terlebih dahulu kepada istri. Berbuat baik itu luas dan banyak  peluangnya. Dari yang sekedar tersenyum, meremas jari tangan, bahkan hingga merawat pasangan kita saat sakit sekalipun. Subhanallah, bermesraan dengan istri itu membahagiakan hati dan menghapus segala gundah. Dan ternyata bukan itu saja, Islam juga menjadikan kebaikan, kemesraan, dan romantisnya seseorang terhadap pasangannya sebagai ladang pahala, bahkan kunci surga di akhirat kelak. Apakah maksud kunci surga itu ? Semoga dua hadits di bawah ini cukup bisa memberi jawaban bagi kita.

Dari Hushain bin Muhshan bahwa bibinya datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau bertanya kepadanya, “ Apakah engkau mempunyai suami ? Dia menjawab ;”Punya”, Beliau bertanya lagi: ”Bagaimana sikapmu terhadapnya ? “ Dia menjawab, “ aku tidak menghiraukannya, kecuali jika aku tidak mampu “. Maka beliau bersabda : “ Bagaimanapun engkau bersikap begitu kepadanya ? Sesunggguhnya dia adalah surga dan nerakamu) (HR Ahmad)   . Juga diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah bersabda : “Siapapun wanita yang meninggal dunia sedangkan suaminya dalam keadaan ridha kepadanya, maka ia masuk surga “ (HR. Hakim & Tirmidzi) 

Ternyata, istri bisa masuk surga karena suami, begitu pula sebaliknya. Kalau masuk neraka ? Wal iyyadzh billah.  Walhasil, seharusnya visi awal sebuah pernikahan adalah bagaimana menjadikan pasangan kita salah satu kunci-kunci surga bagi kita. Karena masuk surga itu penting, tapi lebih penting lagi masuk surga rame-rame dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Apakah bisa disebut bahagia jika kita menyaksikan orang-orang yang kita cintai dalam keadaan menderita ? Tidak sekali-sekali tidak. Wallahu'alam

Baca Juga :
Romantis Islami : Murah dan Berpahala ( Bagian 1 )
Romantis Islami : Murah dan Berpahala ( Bagian 2 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar