29 Apr 2011

Sedekah Kita Untuk Siapa ?


Semangat dan niatan sedekah tumbuh subur di negeri ini. Dimana-mana digaungkan keajaiban sedekah yang akan membuat harta kita berkah bahkan bertambah. Di tengah itu semua, muncul kebingungan pada sebagian orang ; kemana sebenarnya kita harus mengarahkan dana sedekah kita ? Bagaimana sesungguhnya anjuran Islam dalam memilih sasaran sedekah kita ?.

Secara umum sedekah bisa kita berikan kepada siapa saja, dengan prioritas sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Quran : “ Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." (QS Al Baqoroh 215). Namun secara khusus, Ibnu Qudamah  dalam Kitab Mukhtasor Minhajul Qoshidin menyebutkan beberapa kriteria mereka yang berhak menerima sedekah kita, masing-masing :

Pertama :  Mereka yang bertakwa dan berilmu,  bukan ahli maksiat. Rasulullah SAW telah memberi isyarat dengan melarang mengundang orang fasiq dalam jamuan makan yang kita adakan, beliau bersabda : “ Janganlah berteman kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan makan makananmu (yg engkau sediakan) kecuali orang bertakwa” (HR Abu Daud). Memberikan sedekah kepada orang yang bertakwa dan berilmu, akan memudahkannya dalam melaksanakan amal ibadah dan juga penyebaran ilmunya. Sebaliknya, memberikan sedekah kepada orang yang ahli maksiat, hanya akan menambah amunisi baru baginya dalam bermaksiat. Tentu hal yang paling kita takutkan adalah jika harta kita turut membantu memperluas kemaksiatannya. Allah SWT berfirman : “ janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “ (QS al Maidah 2)

Kedua : 
  Mereka yang benar-benar membutuhkan. Ukuran membutuhkan memang akan sangat subjektif. Namun bisa kita lihat dari kondisi seseorang secara umum, kehidupan sehari-hari, jumlah tanggungan, kondisi kesehatan, usia dan semacamnya. Meskipun demikian, perlu diutamakan juga kepada mereka yang  membutuhkan namun tetap menjaga iffah atau kehormatan diri.  Artinya tidak meminta-minta secara berlebihan dan berkelanjutan, apalagi menjadikannya sebagai  proffesi. Allah SWT menyebutkan tentang mereka dalam Al-Quran : “orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (QS Al Baqoroh 273).

Ketiga :
Diutamakan kerabat dekat terlebih dahulu : Secara khusus memberikan sedekah kepada kaum kerabat mempunyai keutamaan ganda, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda : ''Sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapatkan dua pahala; pahala bersedekah dan pahala bersilaturahim.'' (HR At-Tirmidzi).  Orang yang terdekat bagi kita lainnya adalah para tetangga kita. Sedekah kita semestinya juga diprioritaskan bagi para tetangga, jangan sampai kita termasuk dalam gambaran sabda Rasulullah SAW : Bukanlah orang yang beriman bagi orang yang kenyang perutnya, sedangkan tetangganya kelaparan hingga tampak tulang rusuknya.( HR. Bukhari)

Akhirnya, marilah kita berusaha untuk menghiasi hari-hari dengan sedekah yang memenuhi setiap adab dan anjuran syariat, agar sedekah kita lebih bernilai barokah.  Selamat bersedekah. Wallahu a’lam bisshowab.

* artikel dimuat dalam Rubrik Tausiyah Solo Metro Harian Suara Merdeka, Jumat 29 April 2011

3 komentar:

  1. Ustad, bolehkah kita memberi zakat atau infaq/sedekah kepada karyawan kita sendiri dgn tujuan untuk membantu kehidupan mereka ?

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat, terima kasih. :D

    BalasHapus
  3. Mas, numpang kasih info ya. Bagi sahabat para pencinta sedekah, yuk bergabung di www.SedekahKemana.com.
    Sedekahkemana.com adalah portal yang menjembatani antara yayasan-yayasan (organisasi) dan para pencinta sedekah :-)

    Thx

    BalasHapus