1 Okt 2010

Novel Penangsang : Usaha mengotak-atik Sejarah dari Seorang yang Gundah

Nasirun Purwokartun memang pemberani.  Bukan hanya dengan gambar kartunnya yang menggelitik, tapi kali ini dengan tafsir ulang sejarahnya yang begitu berbeda.  Ia adalah salah satu dari sekian orang yang gundah tentang sejarah Aryo Penangsang.  Kang Nas tak rela untuk sekedar duduk diam menyimak dongeng yang beredar di masyarakat kita -yang sebagian besar diambil dari naskah Babad Tanah Jawi- , tapi ia turun langsung ke gelanggang, mengais jejak sejarah yang tersisa, mengumpulkan serpih demi serpih, lalu menyajikan tafsir ulang sejarah yang begitu menggugah dalam novelnya : Penangsang : Tembang Rindu Dendam !!

Novel ini diibaratkan oleh Langit Kresna Haji –penulis Trilogi Gajah Mada- bagaikan disertasi bagi penulisnya. Saya pun merasakan hal yang sama. Kita dipaksa untuk kembali belajar sejarah, menemukan kisah, nama, peristiwa, yang barangkali tak pernah tersimpan dalam benak kita sebelumnya. Ia adalah novel cerdas yang dilengkapi data sejarah dari kitab manuskrip yang tersisa.

Sudah enam malam novel setebal 700-an halaman ini mengantarkan saya tidur di malam hari hingga selesai malam ini. Saya tak hendak memuji, tapi saya ingin berbagi kesan atas apa yang saya dapatkan dalam lembaran-lembaran buram novel ini. Untuk lebih mudahnya saya pisahkan dalam beberapa penggal point yang tak berhubungan satu sama lainnya berikut ini :

1-    Bahwa sejarah selalu berpihak yang menang. Karenanya sejarah selalu bisa ditulis ulang dan ditafsirkan ulang. Bukti dalam hal ini sudah sangat banyak dalam kehidupan kita, dan kisah tentang Aryo Panangsang salah satunya. Gambaran Babad Tanah Jawi menjadikannya sosok adipati Jipang ini begitu antagonis dan haus kekuasaan. Kang Nas berupaya menguak jati diri sebenaranya murid kesayangan Sunan Kudus ini, dan ternyata tafsir sejarah berbalik begitu cepat. Dari sini saya belajar, dan kembali mengagumi tentang sisi periwayatan dalam Islam sebagaimana yang diajarkan dalam ilmu hadits.  Kisah hidup Rasulullah SAW jauh lebih awal dari Penangsang, tapi ternyata lebih lengkap dan detil sajiannya sebagaimana banyak kita temukan dari kitab Siroh Nabawiyah.

2-    Gambaran mistis yang menghiasi kisah Walisongo selama ini ternyata tak lebih dari mitos belaka. Kitab Babad Tanah Jawi mempunyai saham besar dalam melestarikan mitos dan dongeng seputar para penyebar dakwah di nusantara ini. Yang saya temukan dalam novel ini justru sebaliknya – dan sebagaimana saya yakini selama ini- bahwa Walisongo adalah sosok para ulama negarawan bahkan panglima perang. Sosok Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati menjadi icon dalam hal ini, yaitu kedalaman ilmu agama, kecermatan ilmu pemerintahan, sekaligus keberanian dan kehandalan di medan berang. Kita semua pasti merindukan hadirnya kembali sosok sehebat mereka.  

3-    Novel ini akan membuka mata kita lebih lebar tentang posisi Kesultanan Demak sebagai palang pintu nusantara dalam menghadang penjajah pada awal mulanya, yaitu dari ancaman bajak laut terbesar dalam sejarah yang ada : Bangsa Portugis !. Kita akan tersadar bahwa bentuk pemerintahan Islam sudah lama ada dan mengakar di tanah Jawa. Begitupun peran mereka yang begitu besar dalam menjaga kemakmuran sekaligus mengamankan nusantara, nyaris tak terbantahkan lagi. Jika hari ini banyak yang terlampau phobi dengan istilah negara dan pemerintahan Islam, barangkali perlu sejenak membaca sejarah lebih benar agar juga bisa bersikap lebih elegan. 

Terakhir, membaca novel ini kita akan dibawa melewati rangkaian waktu yang panjang hingga seolah-olah kita berada di masa itu. Penggambaran tempat, suasana dan bahasa oleh Kang Nas benar-benar dibuat menguras emosi dan kerinduan yang mendalam. Sebelum mulai membaca novel ini –sekitar dua jam sebelum tidur -  saya sampai katakan pada istri saya : “ pamit dulu ya .. mau ketemu sunan kudus sama aryo penangsang nih !! “. Dan saya pun kembali tenggelam dalam mesin waktu berbentuk lembaran-lembaran kertas itu.

Terima kasih dan salut buat Kang Nas, yang dengan novelnya telah sedikit banyak mengingatkan saya pada sebuah hobbi lama yang mulai redup ditelan gemerlapnya aktifitas dunia maya. Novel Penangsang dalam lima hari ini sukses menggusur novel Bourne Identity yang baru beberapa chpater saya baca ….. selamat kang Nas, ditunggu lanjutan seri keduanya !!

2 komentar:

  1. berdasarkan review mas hatta, novel ini menarik juga untuk dimiliki. hmm, ... kisah arya penangsang memang menarik utk ditafsirkan ulang sesuai dengan sudut pandang pengarang masing2.

    BalasHapus
  2. baru saja menyelesaikan membancanya. luar biasa memang.

    BalasHapus