12 Jun 2014

Ada Apa dengan Malam Nisfu Sya'ban ?


Seluruh hari pada bulan Sya’ban sejatinya diliputi keberkahan dan kemuliaan. Sejak awal Rasulullah SAW telah memberitahukan dengan jelas kepada kita. Suatu ketika Usamah bin Zaid  bertanya pada beliau : “ Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada sebuah bulan yang lebih banyak dari puasamu di bulan sya’ban ? “. Maka Rasulullah SAW menjawab :  “ (Sya’ban) itu adalah bulan yang kebanyakan manusia melalaikannya. antara Rojab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan dimana amalan-amalan diangkat menuju sisi Tuhan Semesta Alam, dan aku suka ketika amal-amalku diangkat, saat aku dalam keadaaan berpuasa “ (HR Nasa’i).

Permasalahan kemudian terletak pada malam ke -15 di bulan Sya’ban ini. Apakah benar menjadi malam yang khusus dengan keutamaan yang khusus pula ? Ataukah tidak lebih dari malam bulan Sya’ban lainnya.  Dalam hal ini kita temukan di masyarakat kita dua kutub yang sangat berbeda dalam menyikapinya. Yang pertama begitu meriah menyambut dan merayakannya. Biasanya di awali dengan doa nishfu sya’ban selepas maghrib, kemudian bacaan yasin tiga kali setelahnya, dan juga puasa sunnah keesokan harinya. Kutub yang lainnya juga tidak kalah sibuknya, mereka tidak bisa adem ayem setiap malam 15 sya’ban menjelang, yang dilakukan adalah sibuk untuk mengcounter dan menjelaskan seputar salah dan bid’ahnya semua yang terkait dengan nisfhu sya’ban.

Mari berpikir lebih jernih dan cermat dalam masalah yang sensitif semacam ini. Apalagi tanpa kesiapan untuk berbeda, biasanya ukhuwah dan persatuan senantiasa menjadi taruhan. Saya ingin membedakan kaitan antara ‘keutamaan’ dan ‘amalan’ pada malam nishfu sya’ban. Jika kita tidak bisa membedakan antara keduanya, maka perdebatan semacam ini akan masih terus terjadi dan bisa jadi semakin menghebat di tengah umat.

Hadits-hadits yang berkaitan tentang nisfu sya’ban memang ada termasuk banyak, tetapi mohon dicermati, hanya satu yang tersisa yang paling kuat dan bisa dijadikan hujjah, namun itupun yang berkaitang dengan keutamaan malam nisfu sya’ban, bukan ragam amalannya. Hadits lainnya yang tersisa seputar amalan nishfu sya’ban lebih banyak dhoif dan maudhu’nya. Berikut hadits yang paling baik riwayatnya dalam masalah nisfu sya’ban.

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ , فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ , إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ.

Dari Abu Musa Al-Asyari, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah SWT turun pada malam nisfu sya’ban, Ia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali bagi mereka yang musyrik dan berseteru (saling membenci) .
Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah (Meninggal 273 H) dalam kitab sunan-nya ,dituliskan pada  no hadist 1390 terdapat pada  Juz 2 halaman 400 untuk terbitan Maktabah Abi Muaty. Kitab hadits lain yang mencatat riwayat di atas antara lain : Mu’jam Kabir yang disusun oleh imam Thobroni, Syuabul Iman yang disusun oleh Imam Baihaqi, dan juga pada sunan Ibnu Hibban, dimana Syu’aib Al-Arna’uth mengomentari hadits ini mengatakan : hadits shohih dengan saksi-saksi (riwayat) lainnya.

Tak kurang, ulama hadits kontemporer yang sering menjadi rujukan banyak tholabul ilmi pada masa sekarang,-dan juga dikenal dengan pendapatnya yang tegas serta teliti seputar hadits- syeikh Nasiruddin Al-bani juga memasukkan hadits di atas dalam Kitab Silsilah Ahadist Shohihah-nya yang monumental. Di dalam kitab tersebut jilid ketiga halaman 135 beliau mengatakan : Hadits shohih, diriwayatkan oleh beberapa dari shahabat dengan jalan yang berbeda-beda, satu sama lain saling menguatkan, diantara mereka : Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah, Abdullah bin Amru, Abi Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar As-Shiddiq, Auf bin Malik, dan juga Ummahatul mukminin Ai’syah ra.

Lalu apa yang bisa kita ambil dari kajian sederhana di atas ? Pertama, kita harus meyakini sepenuhnya tentang kemuliaan yang ada pada malam nishfu sya;ban, yang disebutkan sebagai malam penuh ampunan. Tentulah ini sebuah kesempatan yang senantiasa kita harap-harapkan dalam hidup kita. Kedua, tidak melakukan amalan-amalan yang dilandaskan khusus dengan nisfu sya’ban. Tetapi kita optimalkan melakukan amal fardiyah yang sejak awal sunnah dalam setiap kesempatan, seperti : memperbanyak doa, istighfar, tilawah dan juga qiyamul lail. Kita lakukan semua ini dalam rangka taqorrub ila Allahi ta’ala, mendekatkan diri kepada Allah SWT, seraya benar-benar diliputi pengharapan datangnya ampunan bagi kita semua. Selamat menghidupkan malam yang utama ini. Semoga Allah SWT memudahkan. Wallahu a'lam bisshowab

5 komentar:

  1. Jzk Ustadz atas pencerahan ini...

    BalasHapus
  2. waduh, saya kelewatan malam nisfu sya'ban nih.. sisa bulan sya'ban berikutnya apa masih punya keutamaan ya? mksh..

    BalasHapus
  3. dewi nafiah.@yahoo.com.id24 Agustus 2010 pukul 04.00

    setiap nisfu sya'ban tidak pernah kami lewatkan dg berpuasa dan baca surah yasin 3x dg maksud supaya dosa-dosa yg tlah lalu diampuni,dan membuka lembaran baru atau buku baru dg awalan yg baik,amin......

    BalasHapus
  4. Setuju ustadz. Setiap saat hendaknya kita fastabuqulkhairat. Tdk usah saling ledek. Syukran.

    BalasHapus
  5. saya selalu membuat hastag #IndonesiaOptimis ternyata anda juga memakainya bahkan mempunyai blognya. Salut. :)

    BalasHapus