25 Des 2009

Dari Hina menjadi Mulia !


Seorang budak muslim keturunan Persia hidup di masa Rasulullah SAW, mengabdi pada keluarga Abu Hudzaifah.  Perbudakan pada masa itu adalah warisan sistem jahiliyah yang begitu mendarah daging dalam kehidupan masyarakatnya. Manusia yang sejatinya mulia tiba-tiba teronggok seolah-olah menjadi barang dagangan yang bisa dijual kapan saja sesuka hati. Tak ada kemuliaan yang tersisa.

Budak itu bernama Salim, dikemudian hari ia dimerdekakan oleh Abu Hudzaifah sehingga sering dikenal dengan Salim maula abi hudzaifah. Setelah merdeka, ia tidak puas begitu saja. Salim segera membenahi kekurangannya selama ini, maka ia segera mempelajari Al-Quran, membaguskan bacaannya dan memperbanyak hafalannya.

Kesungguhan Salim mencari ilmu segera berbuah. Dulu ia adalah budak yang benar-benar diremehkan harga dirinya. Ilmunya tentang Al-Quran telah memuliakan dirinya. Sebelum Rasulullah SAW sampai di Madinah pada peristiwa hijrah, Salim menjadi imam dari para sahabat di Masjid Quba. Hal ini karena ia mempunyai hafalan Al-Quran yang lebih banyak dari yang lainnya, bahkan dari seorang Umar bin Khotob sekalipun. Lebih dari itu, Rasulullah SAW pun memerintahkan para sahabat untuk mengambil bacaan al-Quran dari 4 orang, salah satunya adalah Salim maula Abu Hudzaifah.

Bukan itu saja, Salim yang notabene adalah mantan budak ternyata dicalonkan menjadi Khalifah oleh Umar bin Khotob ! Sebuah jabatan yang diyakini oleh semua muslim membutuhkan syarat-syarat yang berat dan mulia ! Umar bin Khotob dengan lugas mengatakan di akhir masa kepemimpinannya :  Seandainya satu dari dua orang ini masih hidup, niscaya aku akan tenang jika kekhalifahan ini diserahkan kepadanya ; mereka adalah Salim maula Abu Hudzaifah dan Abu Ubaidah Al-Jarroh !

Kemuliaan Salim berlanjut hingga akhir hayatnya di kancah jihad fi sabilillah. Adakah kematian yang lebih mulia dari syahadah ? Dalam perang Yamamah, Salim dipercayakan memegang panji kebesaran pasukan muslimin. Dalam sebuah riwayat diceritakan, saat pasukan muslim terdesak dan mulai terpecah-pecah, Salim berseru lantang : " Bukan seperti ini kita dahulu berperang bersama Rasulullah SAW! ". Serta merta  ia menggali lobang kecil dan memasukkan kedua kaki ke dalamnya agar tidak ikut berlari bersama yang lainnya. Maka kemudian ia terus berperang mempertahankan panji kaum muslimin dengan segenap tenaganya. Ketika tangan kanannya terputus akibat tebasan musuh, segera tangan kirinya menyambar panji yang hampir terjatuh menyentuh tanah. Tak lama kemudian tangan kirinya pun dibabat lawan dan segera ia memeluk panji dengan tubuhnya yang tersisa. Ia terus berperang mempertahankan panji itu hingga syahadah menjemputnya. Tubuhnya jatuh tersungkur ke bumi, namun arwahnya membumbung tinggi ke langit sana. Perjuangannya baru saja usai, berganti kebahagian sejati disisi tuhannya. Hidup mulia dan mati mulia.

Apa yang membuat sang mantan budak ini merubah kehidupannya dari kehinaan menjadi bertebar kemuliaan ? Apakah yang membuat seorang mantan budak dipercaya menjadi imam sholat di depan para sahabat yang mulia ? Bahkan Rasulullah SAW merekomendasikan namanya untuk menjadi guru Al-Quran bagi seluruh sahabat bahkan umatnya ? Apa juga yang membuat seorang Umar bin Khotob mengaguminya dan meyakini kemampuannya menjadi khalifah ?

Barangkali jawaban yang paling realistis adalah karena ilmu yang ia punya. Kemuliaan segera bersanding pada dirinya ketika ia bertekad untuk mempelajari al-Quran yang mulia, mempelajari bacaannya dan juga menghafalnya. Ilmu telah mengubah Salim sang mantan budak itu menjadi begitu mulia. Mulia melebihi sahabat lainnya para pembesar kaumnya.

Contoh di atas baru satu cerita. Saya percaya, disekitar kita banyak orang yang terangkat kemuliannya karena ilmunya. Orang miskin menjadi disegani, dihormati, karena ilmu yang diraihnya. Wong ndeso  yang senantiasa terpuruk menjadi diperhitungkan karena ilmu yang dikuasainya. Bahkan orang cacat – maaf , yang awalnya sering diremehkan, dijauhi atau justru dikasihani menjadi dihormati, disegani, bahkan ditakuti. Asy-Syaikh Dr. Sulaiman Karom, dosen sekaligus Ketua Jurusan Syariah di kampus tempat saya belajar di Sudan, adalah seorang dengan kaki yang cacat hingga mengharuskan beliau harus berjalan dari kelas ke kelas dengan tongkat penyangga. Saya yakin, semua mahasiswa pasti mengagumi dan memuliakannya. Tidak pernah terbersit dalam hati mereka untuk meremehkan, kasihan, apalagi menjauhinya. Ilmunya yang begitu luas telah memuliakannya di hadapan kami para mahasiswanya. Menghormati dan mencintainya dengan tulus tanpa pamrih apapun.
Itu semua adalah contoh di dunia, di akhirat tentu mereka jauh lebih mulia. Lebih dari yang kita kira !

11 komentar:

  1. salam sobat
    siip banget ceritanya,,
    iya memang disekitar kita banyak orang yang terangkat kemuliaannya karena ilmunya,,
    walaupun miskin harta tetapi kaya ilmu.

    BalasHapus
  2. @nura : terima kasih atas kunjungan dan komentnya, antara harta dan ilmu .. jika bisa digabungkan tentu akan bermanfaat buat umat dan negeri ini

    BalasHapus
  3. subhanallah. sungguh besar kuasa dan keagungan Allah yang memuliakan derajat hamba-Nya yang beriman. Salim bisa menjadi sumber inspirasi buat kita semua, mas hatta.

    BalasHapus
  4. @sawali : terima kasih pak atas kunjungannya, semoga kita tak letih mencari dan berbagi inspirasi .. masih banyak referensi yang belum tersentuh

    BalasHapus
  5. kita jangan memandang orang baik dari wajahnya, statusnya atau apapun tapi pandanglah dia dari penglaaman yug dia miliki dan ilmunya..mungkin sekarang dia dibawah tapi diemudian hari bisa jadi dia jadi atasan kita...

    BalasHapus
  6. @didit : trims telah mampir sobat, betul sekali .. buka hanya rizki, kemuliaan juga kadang berputar layaknya roda pedati. semoga kita bisa menjaga itu dengan ilmu dan kontribusi

    BalasHapus
  7. Hofir, Kadipiro: Subhanallah, Islam memuliakan seseorang karena iman dan ilmu. Bukankah janji Allah terbukti benar? Iman tanpa ilmu: BUTA, ilmu tanpa iman: DURHAKA. Tugas para ikhwah di antaranya adalah menjadikan khadim atau khadimat lebih berilmu dan beriman. Biar jadi orang seperti Salim.

    BalasHapus
  8. Subhanallah, Islam memuliakan seseorang karena iman dan ilmu. Bukankah janji Allah terbukti benar? Iman tanpa ilmu, BUTA, ilmu tanpa iman, DURHAKA. Tugas para ikhwah di antaranya adalah menjadikan khadim atau khadimat lebih berilmu dan beriman. Biar jadi orang seperti Salim.

    BalasHapus
  9. nice story...inspiratif sekali, saya suka tulisannya mas

    BalasHapus
  10. ilmu selalu memuliakan derajat seseorang...sangat setujuhhh

    BalasHapus
  11. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus